Hal ini juga yang membuat saya berpikir sebenarnya apa yang menjadi pendorong fenomena ini. Apakah itu muncul dari intrinsik jiwa dan pikiran kita atau ada sesuatu yang lain.
Jawaban yang paling mungkin saya bisa pikirkan adalah selama nyaris satu dekade itu saya dan orang-orang lain yang mengalami hal yang sama, berada dalam satu kotak yang itu-itu saja.Â
Kemudian sepertinya ada satu momen yang tanpa kita sadari mendorong kita berubah. Kemungkinan ini telah saya tulis juga dalam artikel saya mengenai lightning bolt moment (klik di sini).
Menurut saya kita tidak perlu berlebihan menyikapi fenomena ini. Walaupun saya pribadi juga merasakannya, tapi seharusnya kita bisa melihat bahwa mungkin saja sepanjang dekade itu sebenarnya energi kita juga tetap sama saja.
Lalu kenapa baru di umur berakhirkan angka 9 baru kita mengambil langkah radikal? Dalam pengalaman saya, ketika saya melewati umur 29, semua berjalan adem ayem tanpa halangan berarti.
Nah, ketika nyaris di akhir dekade (menjelang 40) saya memang lebih punya banyak waktu untuk merenung dan berpikir mengenai perjalanan saya.
Hal yang langka saya dapatkan setelah melewati umur 29 dikarenakan kesibukan menjaga karir, keuangan, sampai mengawasi perkembangan anak.Â
Sekarang setelah semuanya lebih settle, saya jadi punya sedikit waktu untuk berpikir mengenai hal-hal yang sudah saya lewatkan karena fokus saya ke karir, keuangan, dan keluarga di tahun-tahun sebelumnya.
Pelajaran moral yang saya dapat adalah sesibuk-sibuknya kita, tetap harus sempat untuk melakukan evaluasi ulang mengenai hal-hal yang sudah kita capai. Kita bisa melakukan evaluasi berkala tanpa harus menunggu akhir dekade.Â
Evaluasi secara berkala juga mencegah kita di akhir dekade umur melakukan hal-hal bodoh seperti yang diceritakan dalam buku Daniel Pink tersebut.