Sekali lagi pertanyaan terbesarnya adalah bukan mau atau tidak mau. Pertanyaan terbesarnya adalah kapan kita tahu harus berhenti sejenak.
Berdasarkan pengalaman saya yang terbentur kebuntuan dalam genius zone saya sendiri, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Mencoba memahami situasi dan kondisi secara lebih luas
Pada waktu genius zone dalam karir saya sudah tidak bekerja secara maksimal, yang saya coba lakukan adalah melihat secara lebih luas.
Mencoba melihat hal-hal baru apa saja yang terjadi di luar genius zone saya. Cara ini ternyata mampu membuat saya sadar bahwa salah satu genius zone saya yaitu kemampuan berbahasa Inggris menjadi usang karena banyak rekan-rekan saya yang berhasil menguasai bukan hanya bahasa Inggris.Â
Ketika saya memberanikan diri melihat melalui jendela kecil dari genius zone saya ternyata dunia sudah berubah. Orang-orang yang tadinya saya pikir masih di belakang saya terjadi sudah berdiri sejajar dengan saya.
Penting untuk tahu bahwa genius zone kita itu tidak selamanya akan berada di titik yang kita harapkan. Cara ini membuat saya sadar bahwa saya telah menjadi dinosaurus yang dikelilingi oleh sorak sorai BTS Army.
2. Analisa kembali cara-cara lama kita
Suatu genius zone itu tercipta karena cara-cara kita dalam melakukan hal tersebut yang stand out. Namun hal cara-cara itu tidak akan selamanya berhasil.Â
Yang saya lakukan pada waktu itu adalah saya melakukan analisa kembali cara-cara saya bekerja dan memberikan kontribusi selama ini.