Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kemampuan Berpikir Komprehensif Itu Penting?

17 Juni 2021   07:34 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:29 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berpikir (Sumber: shutterstock via kompas.com)

Pernahkah kamu dalam satu situasi perdebatan dengan teman satu tim kamu mengenai sudut pandang suatu permasalahan, kamu merasa paling benar tapi rekan kamu yang lain juga merasakan hal yang sama, pernah?

Atau pernahkah kamu dalam posisi merasa bahwa kamu tahu segala hal padahal ternyata sebaliknya?

Saya pernah dalam dua posisi di atas. Begini ceritanya, waktu itu saya masih dalam masa-masa awal membangun karir dengan semangat yang luar biasa menggebu-gebu.

Saat itu saya adalah bagian dari satu tim project yang sedang menangani suatu permasalahan yang cukup rumit. Pada suatu ketika, kami berlima termasuk saya membahas satu permasalahan yang krusial.

Teman saya yang lebih senior langsung mengambil posisi "ini pendapat saya, silahkan ikuti", dua rekan saya yang lain mengambil sikap "eh, nanti dulu, kayanya tidak begitu deh."

Satu teman saya lainnya mengambil sikap "hei, kalian tidak lihat, saya punya pandangan yang berbeda soal ini" di pojok ruangan, saya mengambil sikap "apa sih yang kalian bicarakan, jelas-jelas bukan begitu."

Singkat cerita, kami pun menghadap atasan kami, masing-masing dari kami melaporkan solusi berdasarkan perspektif masing-masing.

Saat itu atasan kami hanya diam saja, beliau tidak ada komentar. Mungkin beliau terkesima dengan kami, atau malah sebaliknya. Saya waktu itu sih sangat optimis, pendapat saya paling benar.

Merasa sedang berpikir komprehensif | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Merasa sedang berpikir komprehensif | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Satu minggu kemudian...

Kami pun di panggil dan di keramasin (kata anak sekarang) soal 5 solusi tersebut. Menurut beliau tidak ada satu pun dari kami yang bisa berpikir komprehensif melihat satu kesatuan utuh.

Akhirnya, beliau memberi tahu kami bagaimana melihat satu permasalahan secara utuh dan komprehensif. 

Peristiwa tersebut membuat saya sadar, jika saya ingin naik level, saya harus mampu berpikir komprehensif. 

Berpikir komprehensif di sini konteksnya adalah memikirkan hubungan sebab-akibat atau saling keterkaitan yang akhirnya menjadi mata rantai sebab akibat. 

Mari kita urai satu persatu benang merah berpikir komprehensif ini, dengan logis, agar kita bisa melangkah maju.

Apa Itu Berpikir Komprehensif?

Saat ini kita hidup di era yang membutuhkan searchlight intelligence. Definisinya adalah kemampuan untuk menghubungkan titik-titik antara orang dan ide, di mana orang lain tidak melihat kemungkinan adanya hubungan.

Kemampuan connecting the dots inilah membuat perspektif informasi atau data menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya di masa depan. Misalnya begini, pikirkan tentang bak mandi. Keran dan saluran pembuangan adalah titik yang berhubungan sebab-akibat. 

Jika kita menyalakan air tetapi tidak menutup saluran pembuangan, air akan terus mengalir dan bak tidak akan pernah terisi.

Jadi, ketika kita membuat bak mandi, kita harus berpikir komprehensif. Jangan cuma memikirkan bagaimana keran air berfungsi secara maksimal.

Kita juga harus memikirkan bagaimana cara menutup saluran pembuangan air. Ini yang disebut berpikir secara komprehensif. Banyak orang akan bilang "ah, hal gampang itu", tapi saya banyak melihat pada implementasinya justru banyak yang tidak berpikir komprehensif. Contoh lain misalnya, kita bisa menganalisa apa alasan satu artikel dipilih tim editor menjadi artikel utama dari berbagai macam sudut. 

Tentunya cara menganalisa secara komprehensif adalah bukan hanya melihat pada siapa penulisnya, tapi bagaimana kita bisa melihat tren dan pola dari banyak artikel utama tersebut.

Kita harus bisa melihat pola dan tren kenapa artikel-artikel tersebut dipilih menjadi artikel utama. Jadi kita bisa belajar hal tersebut untuk artikel kita sendiri. 

Pasti ada satu pola strategis kenapa artikel-artikel tersebut dijadikan artikel utama. Dari situ kita akan bisa berpikir objektif untuk diri kita sendiri.

Yang pasti ketika proses berpikir komprehensif itu kita dituntut mampu melihat dua sisi secara bersamaan.

Saya tidak mengatakan hal ini mudah, yang saya ingin katakan adalah kita harus mau melatih diri berpikir komprehensif. 

Supaya kita bergerak maju dan tidak mudah menyalahkan orang lain ketika kita gagal paham terhadap sesuatu hal.

Mengapa Berpikir Komprehensif Ini Penting?

Ambil contoh kita membuat bak mandi tadi. Sangat penting untuk memahami cara kerja bak mandi secara komprehensif.

Selain itu, proses berpikir komprehensif ini berfungsi sebagai panduan bagi tim  dan diri kita sendiri dalam menyediakan struktur untuk penerapan prinsip, pola pikir, dan sikap kerja serta metode yang tepat. 

Proses tersebut mewakili kerangka kerja di mana ide-ide yang menjanjikan dapat dihasilkan dan solusi yang berorientasi jangka panjang dapat berkembang.

Berpikir komprehensif adalah soal belajar tentang masalah, mengidentifikasi pertanyaan yang relevan, memahami konteks dan kemudian mendefinisikan sudut pandang konkret terhadap masalah berdasarkan informasi yang tersedia.

Jika hal ini tidak kita lakukan, maka kita akan terjebak dalam satu lingkaran keruwetan yang tidak berbatas. Kita akan jump to conclusion.

Kita akan mencari jalan pintas, alih-alih step by step.

Lalu apakah kita harus ikuti semua langkahnya? Menurut saya, harus. Bagi saya, lebih baik saya tiba ke tujuan dengan proses yang benar, daripada saya tiba ke tujuan dengan proses yang salah.

Dengan melakukan proses yang benar saja belum tentu hasilnya sesuai harapan, apalagi tidak ada proses sama sekali!

Berpikir komprehensif | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Berpikir komprehensif | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Bagaimana Cara Kita Meningkatkan Kemampuan Berpikir Komprehensif Ini?

Dunia memang sangat membingungkan, dan kita akhirnya hanya melihat sepotong kecilnya, tetapi kita perlu memahaminya untuk bertahan hidup. 

Begitu deras arus informasi masuk ke otak, dengan begitu banyak dots yang ada, kita dituntut menghubungkan titik-titik tersebut, mengisi kekosongan dengan hal-hal yang kita pikir sudah kita ketahui, dan memperbarui model mental kita tentang dunia.

Karena kita hanya mendapatkan sepotong kecil informasi dunia dan juga menyaring hampir semua hal lainnya, kita tidak akan pernah memiliki kemewahan untuk memiliki keseluruhan informasi.

Beginilah cara otak kita merekonstruksi dunia agar terasa lengkap di dalam kepala kita.

Berdasarkan pengalaman perjalanan karir saya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir komprehensif, sebagai berikut:

1. Selalu tanyakan "apa yang saya tahu"
Pertanyaan mendasar untuk kita mampu mengukur kapasitas diri pribadi. Banyak orang saya lihat terjebak dalam dunning-krueger effect, yaitu mereka tidak tahu bahwa mereka itu memang tidak tahu.

Langkah pertama ini bisa dielaborasi dengan beberapa pertanyaan, misalnya:

"Apa yang saya tahu mengenai situasi atau permasalahan tersebut?"

"Apakah saya mempunyai pengalaman sebelumnya terhadap masalah tersebut?"

"Apakah saya mempunyai pengetahuan yang relevan terhadap masalah tersebut?"

Dalam cerita saya di atas, seharusnya saya bisa menilai dan mengukur kadar pengetahuan saya terhadap masalah tersebut. Jika saya merasa saya tidak tahu, tentunya saya akan belajar untuk menerima pendapat orang yang lebih tahu. 

Yang jadi permasalahan saat itu adalah kami semua sok tahu!

2. Jika saya tidak tahu, bagaimana caranya saya tahu
Nah, ini menuntut kedewasaan berpikir. Tanpa kedewasaan berpikir untuk sadar dirinya tidak tahu, kita tidak akan pernah bisa melakukan langkah kedua ini.

Setelah kita evaluasi dan kemudian sadar bahwa kita tidak tahu, maka kita harus cepat belajar. Bisa darimana saja, bisa dari buku, youtube, media sosial atau bahkan dari anak kita sekalipun.

Jangan gengsian. Di era sekarang kita harus mau mengakui kemampuan connecting the dots itu sangatlah mahal.

Dalam cerita saya di atas, gengsi telah menutup mata saya untuk mau tahu dan mau belajar.

3. Setelah belajar jadi tahu, coba cari kepingan yang hilang
Ini bagian tersulit. Kita semua pasti punya yang namanya blindspot. titik buta, di mana kita tidak bisa menilai jika hanya dari perspektif diri sendiri.

Selalu minta pendapat ke orang lain sebelum bertindak adalah salah satu kunci keberhasilan berpikir komprehensif.

Tidak semuanya kita tahu. Dengan mencoba mencari kepingan yang hilang, kita akan mampu menyusun puzzle tersebut.

Dalam cerita saya di atas, kami berlima gagal mencari kepingan yang hilang dari permasalahan tersebut karena kami sok tahu dan gengsian.

Connecting the dots | Foto oleh Andrea Picquadio dari Pexels
Connecting the dots | Foto oleh Andrea Picquadio dari Pexels
Kesimpulan

Berpikir komprehensif adalah media yang diperlukan untuk memelihara pikiran kita agar tetap selalu up to date. 

Berpikir komprehensif adalah kebutuhan untuk karir pribadi dan profesional yang membuat kita mampu memahami dan menangani berbagai hal dengan cara yang lebih baik.

Berpikir komprehensif adalah proses berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan demi mengembangkan peluang di masa depan. 

Berpikir komprehensif adalah proses yang tidak pernah berakhir apapun profesi kita. Berpikir komprehensif akan selalu menjadi kekuatan untuk bergerak maju.

Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun