"Apakah saya mempunyai pengalaman sebelumnya terhadap masalah tersebut?"
"Apakah saya mempunyai pengetahuan yang relevan terhadap masalah tersebut?"
Dalam cerita saya di atas, seharusnya saya bisa menilai dan mengukur kadar pengetahuan saya terhadap masalah tersebut. Jika saya merasa saya tidak tahu, tentunya saya akan belajar untuk menerima pendapat orang yang lebih tahu.Â
Yang jadi permasalahan saat itu adalah kami semua sok tahu!
2. Jika saya tidak tahu, bagaimana caranya saya tahu
Nah, ini menuntut kedewasaan berpikir. Tanpa kedewasaan berpikir untuk sadar dirinya tidak tahu, kita tidak akan pernah bisa melakukan langkah kedua ini.
Setelah kita evaluasi dan kemudian sadar bahwa kita tidak tahu, maka kita harus cepat belajar. Bisa darimana saja, bisa dari buku, youtube, media sosial atau bahkan dari anak kita sekalipun.
Jangan gengsian. Di era sekarang kita harus mau mengakui kemampuan connecting the dots itu sangatlah mahal.
Dalam cerita saya di atas, gengsi telah menutup mata saya untuk mau tahu dan mau belajar.
3. Setelah belajar jadi tahu, coba cari kepingan yang hilang
Ini bagian tersulit. Kita semua pasti punya yang namanya blindspot. titik buta, di mana kita tidak bisa menilai jika hanya dari perspektif diri sendiri.
Selalu minta pendapat ke orang lain sebelum bertindak adalah salah satu kunci keberhasilan berpikir komprehensif.
Tidak semuanya kita tahu. Dengan mencoba mencari kepingan yang hilang, kita akan mampu menyusun puzzle tersebut.