Pernahkah kamu dalam satu situasi perdebatan dengan teman satu tim kamu mengenai sudut pandang suatu permasalahan, kamu merasa paling benar tapi rekan kamu yang lain juga merasakan hal yang sama, pernah?
Atau pernahkah kamu dalam posisi merasa bahwa kamu tahu segala hal padahal ternyata sebaliknya?
Saya pernah dalam dua posisi di atas. Begini ceritanya, waktu itu saya masih dalam masa-masa awal membangun karir dengan semangat yang luar biasa menggebu-gebu.
Saat itu saya adalah bagian dari satu tim project yang sedang menangani suatu permasalahan yang cukup rumit. Pada suatu ketika, kami berlima termasuk saya membahas satu permasalahan yang krusial.
Teman saya yang lebih senior langsung mengambil posisi "ini pendapat saya, silahkan ikuti", dua rekan saya yang lain mengambil sikap "eh, nanti dulu, kayanya tidak begitu deh."
Satu teman saya lainnya mengambil sikap "hei, kalian tidak lihat, saya punya pandangan yang berbeda soal ini" di pojok ruangan, saya mengambil sikap "apa sih yang kalian bicarakan, jelas-jelas bukan begitu."
Singkat cerita, kami pun menghadap atasan kami, masing-masing dari kami melaporkan solusi berdasarkan perspektif masing-masing.
Saat itu atasan kami hanya diam saja, beliau tidak ada komentar. Mungkin beliau terkesima dengan kami, atau malah sebaliknya. Saya waktu itu sih sangat optimis, pendapat saya paling benar.
Kami pun di panggil dan di keramasin (kata anak sekarang) soal 5 solusi tersebut. Menurut beliau tidak ada satu pun dari kami yang bisa berpikir komprehensif melihat satu kesatuan utuh.
Akhirnya, beliau memberi tahu kami bagaimana melihat satu permasalahan secara utuh dan komprehensif.Â