Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kemampuan Berpikir Inovatif Itu Penting?

18 Juni 2021   15:35 Diperbarui: 21 Juni 2021   00:25 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun terakhir ini saya pribadi merasakan betapa cepatnya sesuatu dapat mengubah rencana saya bahkan yang paling hati-hati saya susun sekalipun.

Mungkin bukan hanya saya, tapi banyak orang juga mengalami yang sama. Bukan hanya di level individu, tapi perubahan juga mendera di level organisasi.

Tahun-tahun terakhir membuktikan bahwa hanya individu dan organisasi yang mampu berpikir inovatif yang akan bertahan.

Ketika permasalahan dan tantangan baru menghampiri kita, hanya ada 2 pilihan. Pilihan pertama, kita bertahan dengan cara-cara lama kita atau pilihan kedua adalah kita memberikan perspektif baru dalam cara-cara lama kita.

Kedua cara tersebut tentunya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan baru ini, kita membutuhkan kemampuan berpikir inovatif dan fokus membangun masa depan yang lebih baik.

Secara sederhana, menurut saya berpikir inovatif adalah melakukan hal-hal yang benar-benar baru atau melakukan hal-hal lama dengan cara baru.

Inovasi adalah bagaimana cara kita melihat dunia melalui sudut pandang yang baru dan segar. Yang dibutuhkan di sini adalah mindset, kemampuan, perilaku dan sistem.

Berpikir inovasi tanpa perubahan mindset adalah hal yang percuma. Mindset sudah berubah namun perilaku masih sama itu juga tidak berguna.

Mindset berubah, perilaku berubah, namun kemampuan dan sistem tidak ditingkatkan juga percuma. Berpikir inovasi adalah pola pikir yang komprehensif terhadap 4 hal tersebut.

Dalam contoh cerita saya di atas, ketika pada satu titik saya merasa bahwa saya pada titik buntu dalam karir saya, kemudian yang saya lakukan adalah merubah mindset saya.

Saya melakukan perubahan mindset bahwa saya tidak cukup hanya punya IPK tinggi, saya harus menguasai hal-hal baru. Akhirnya, saya pun mengambil banyak kursus-kursus baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun