Nah, ini hal yang saya tekankan, jangan merasa jadi pemimpin otomatis jadi Superman. Ga gitu konsepnya. Otoritas itu melekat kepada jabatan kita. Ketika itu dicopot dari kita, maka kita ini ya manusia biasa tanpa kuasa.
Kita tidak akan bisa membentuk pemimpin baru kalau otak kita masih bias seperti ini. Tidak ada Superman dan tidak ada Superteam. Yang ada hanyalah orang-orang yang mau berjuang bersama karena punya ikatan yang kuat.
Jangan begitu menjadi pemimpin kita merasa sebagai the strongest avengers!
5. Tentukan metodenya, jangan cuma tujuannya
Iya, saya tahu selama ini di bangku sekolah dan seminar-seminar selalu ditentukan "ayo, mana tujuannya!", ini hal yang tidak salah.
Kita memang harus punya tujuan. Tapi, tujuan tanpa menentukan metode apa yang akan dipakai mencapai tujuan tersebut adalah juga tidak tepat.
Metode kita mengelola tim sama pentingnya dengan menentukan tujuan tim. Kita bisa menentukan tujuan atau bahkan mengubah arah tujuan dalam waktu yang tidak terlalu lama, seharusnya begitu.
Tapi, membiasakan metode, menjalankan metode, dan membuat seluruh anggota tim merasa memiliki terhadap metode ini yang butuh waktu lama.
Makanya, tidak heran kalau kita ambil contoh di sepakbola, kesuksesan Pep Guardiola membangun tiki-taka adalah karena Pep tahu arah tapi juga tahu metode yang tepat.
Kesimpulan saya singkat, ingatlah kita hanyalah kendaraan bagi potensi orang-orang yang kita pimpin. Kita bisa mencapai titik kepemimpinan karena dulu pun orang yang menjadikan kita pemimpin, tetap ingat bahwa mereka harus menciptakan pemimpin baru.