Yang menjadi permasalahan adalah, perusahaan sering fokus pada menciptakan pemimpin yang kuat dari unit dan fungsi bisnis, tetapi mereka lupa membuat tongkat estafet di masa depan
Padahal, kita, sebagai pemimpin, harus mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan generasi masa depan kepemimpinan yang mampu berpikir secara sistematis, dan secara bersamaan dengan kita naik ke jenjang kepemimpinan berikutnya.
Tapi, seperti yang saya katakan diatas, rasa-rasanya banyak diantara kita yang mempunyai ego besar, yang merasa bahwa bukan kewajiban kita untuk membentuk generasi kepemimpinan berikutnya. Mungkin juga termasuk saya pribadi.
Banyak yang mengatakan kepemimpinan adalah seni. Ada juga yang mengatakan kepemimpinan adalah sistem dan pola. Bagi saya, ketika kita bicara kepemimpinan, maka sebenarnya kita bicara mengenai diri kita sendiri.
Semua dari kita adalah pemimpin. Setiap hari kita dan termasuk saya, mengambil puluhan atau bahkan ratusan keputusan. Itu semua tanpa disadari sebenarnya membentuk pola diri dan sikap mental ketika kita harus memimpin orang banyak.
Keberhasilan membentuk diri pribadi tersebut akan membawa kemungkinan keberhasilan kita membentuk pemimpin berikutnya menjadi lebih tinggi.
Nah, dengan premis tersebut, berdasarkan pengalaman pribadi saya, menjadi orang yang dipimpin dan saat ini dipercaya memimpin, ada 5 cara yang dapat digunakan untuk membentuk pemimpin berikutnya.
1. Belajarlah percaya dan mendelegasikan tugas
Seorang pemimpin jelas harus punya kapasitas dan kapabilitas diatas anggota timnya. Saya setuju dengan premis ini. Namun, ketika kapasitas dan kapabilitas tersebut membuat satu tugas menumpuk hanya dalam diri si pemimpin, maka jelas ada yang salah disini.
Artinya, si pemimpin ini tidak bisa percaya dan mendelegasikan tugas-tugas tersebut kepada anggota tim. Ini yang akhirnya banyak membuat seorang pemimpin menjadi tertekan.