Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

6 Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis bagi Pemimpin

5 Juni 2021   18:59 Diperbarui: 6 Juni 2021   14:28 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepemimpinan | Foto oleh Miguel Apadrinan dari Pexels

Selama beberapa tahun terakhir, kita selalu ditekankan mengenai perlunya pendekatan kepemimpinan yang kualitatif dan cerdas secara emosional. Hal tersebut memang baik dan sesuai dengan pemikiran-pemikiran budaya timur seperti di Indonesia. 

Namun demikian, kita tetap tidak bisa begitu saja meninggalkan pendekatan otak kiri, yaitu berpikir kritis. Butuh cara-cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, terutama bagi pemimpin.

Ketika saya masih di kuliah dulu, salah satu dosen saya pernah berkata, "Tidak ada yang mengharapkan kamu untuk mengetahui semua informasi dan semua hal di dunia ini."

"Yang sebenarnya diharapkan dari kamu adalah mampu berpikir, menjalin relasi dan mengevaluasi secara kritis informasi yang kamu miliki."

Perkataan yang sampai sekarang masih terngiang di otak saya. Analogi yang sama dengan mengulangi seluruh buku tidak akan memberi kita sesuatu yang baru. Kecuali, kita mau berpikir lebih kritis mengenai isi buku tersebut.

Apa yang dosen saya katakan tersebut adalah bagian integral tentang berpikir kritis. Begitulah cara dunia nyata bekerja, semua informasi sudah tersedia. Tugas kita adalah menyaring, mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut.

Ironisnya, hal tersebut sering berjalan terbalik. Kita bukannya menyaring, mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut, kita malahan terjebak di dalamnya tanpa tahu informasi tersebut benar atau tidak.

Lantas apa hubungan antara kepemimpinan dan berpikir kritis? 

Jawabannya adalah seiring dengan meningkatnya kompleksitas dunia, karena banyaknya informasi, kemajuan teknologi, dan pergeseran perspektif, suka atau tidak suka kita membutuhkan pemimpin yang pemikir kritis tapi tetap fleksibel.

Mari kita urai satu persatu benang merah tersebut. 

Apa Itu Berpikir Kritis?

Apa sebenarnya kemampuan berpikir kritis? Tahun 1987, Michael Scriven & Richard Paul menjelaskan bahwa berpikir kritis melibatkan proses yang secara aktif dan penuh kemampuan untuk membuat konsep, menerapkan, menganalisis, menyarikan, dan mengamati sebuah masalah.

Proses tersebut diperoleh atau pun diciptakan dari pengamatan, pengalaman, komunikasi dan lain sebagainya. 

Secara sederhana, pengertian dari berpikir kritis intinya adalah kemampuan berpikir di mana kita tidak serta merta menerima informasi, kita tidak mentah-mentah menelan data atau pun informasi karena belum tentu semua itu adalah fakta yang sebenarnya.

Kemampuan berpikir kritis penting untuk kita (karena kita semua adalah pemimpin) karena akan membantu kita memecahkan berbagai masalah, mengembangkan solusi, dan menciptakan ide-ide baru, sebuah peran yang sungguh krusial di era sekarang.

Pada saat yang sama, teknologi mengubah seluruh industri dan membuat semua perusahaan berjuang untuk tetap relevan. Sebagai bagian penting dari sebuah proses pembelajaran, berpikir kritis dan argumentatif menjadi bagian tidak terpisahkan dalam menciptakan kualitas individu yang baik dan akan mampu membawa ke level berikutnya.

Secara singkat, berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa hal dasar yang harus kita kuasai untuk memulai berpikir kritis, sebelum kita menerapkan dalam dunia kerja atau pun dunia sosial, sebagai berikut:

1. Terbiasa membuat konsep
Jangan takut dicap sebagai orang yang hanya bisa "ngonsep", kenyataannya apapun hal yang kita lakukan pasti butuh konsep.

Nah, biasakan untuk membuat konsep atau garis besar sebuah rencana. Hal ini penting agar otak kita dilatih melihat cetak biru dari keseluruhan bangunan rencana tersebut.

2. Terbiasa melakukan analisa
Nah, ini yang sulit. Kenapa saya bilang sulit? Otak kita itu memang di program untuk lebih menyukai hal-hal instan dan jalan pintas.

Otak kita kalau tidak dilatih maka akan malas melakukan analisa. Tanpa analisa, otak kita akan memberikan output yang tidak tepat kepada kita yang akhirnya berujung kepada pengambilan keputusan yang buruk.

3. Terbiasa melakukan sintesis informasi dan data
Tanpa melatih kemampuan melakukan sintesis terhadap seluruh data dan informasi yang masuk ke otak, kita tidak akan bisa melihat tren dalam memutuskan sesuatu.

Sintesis merupakan tahapan penting untuk menggabung-gabungkan bagian-bagian dari modal informasi yang sudah kita miliki. 

Pada satu titik, proses ini akan memberikan arahan kepada otak kita secara internal maupun eksternal untuk mengambil keputusan.

4. Terbiasa melakukan evaluasi
Saya tahu kebanyakan dari kita malas sekali melakukan evaluasi. Ini karena budaya timur seperti di Indonesia yang terbiasa "Ya sudah, yang lalu biarlah berlalu, yang penting kedepan jangan diulangi."

Nasihat-nasihat yang pada dasarnya baik, namun akan mematikan daya nalar kita. Apapun hasil dari suatu tindakan kita, harus tetap ada evaluasi. Suka atau tidak suka.

Proses Berpikir | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Proses Berpikir | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Hubungan Berpikir Kritis dan Kepemimpinan

Agar bisa menjadi pemimpin tapi sekaligus menjadi pemikir kritis, kita harus mampu memproses informasi secara sistematis dan kronologis sehingga informasi tersebut dapat membantu kita dalam membuat keputusan yang cerdas.

Ketika kita, katakanlah adalah sebagai seorang pemimpin perusahaan atau organisasi, dapat menggabungkan intuisi, kecerdasan emosional dengan kekuatan berpikir kritis, maka kita akan mampu berkontribusi secara maksimal.

Pemimpin tanpa keterampilan berpikir kritis, berapapun banyaknya informasi yang dijejalkan anggota tim kita, semua akan sia-sia.

Keterampilan berpikir kritis bagi seorang pemimpin dapat diperoleh dari membaca, menulis, dan keterampilan praktis lainnya yang membutuhkan kerja keras dan disiplin.

Berita buruknya, siapapun kita dan apapun level sosial kita, rasa-rasanya semua orang berpikir akan jauh lebih mudah untuk tidak melakukan hal-hal tersebut.

Rasanya memang lebih mudah untuk mengikuti dan mempercayai begitu saja data dan informasi yang diberikan kepada kita.

Padahal, seorang pemimpin harus tahu secara pasti data dan informasi mana saja yang valid dan tidak valid.

Semua itu hanya mungkin tercapai kalau seorang pemimpin mau berpikir sedikit saja lebih kritis.

Pemimpin Harus Mau Berpikir Kritis | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Pemimpin Harus Mau Berpikir Kritis | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Bagi Pemimpin

Berdasarkan pengalaman saya memulai karir sampai dengan saat ini dipercaya menjadi seorang pemimpin, berikut adalah enam cara kita dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis sebagai seorang pemimpin, sebagai berikut:

1. Cobalah memahami masalah dan singkirkan bias kognitif
Sangat wajar bagi seorang pemimpin yang paling hebat sekalipun untuk terjebak dalam bias-bias kognitif.

Kita semua memiliki bias. Namun, tanggung jawab kita sebagai pemimpin untuk menghilangkan biasa tersebut. Karena bias mempengaruhi cara kita memimpin. 

Jangan sampai sebagai seorang pemimpin dipengaruhi oleh bias dan prasangka alam bawah sadar kita. Cegah bias kognitif dengan meminta umpan balik dari tim kita, memverifikasi fakta, dan berpikir di luar kotak.

Semua hal tersebut akan mampu membuat kita memahami permasalahan dengan jelas.

2. Ekplorasi batasan permasalahan
Banyak pemimpin yang tidak berani melakukan ekplorasi batasan permasalah dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. 

Namun sebenarnya, dengan keberanian melakukan ekplorasi batasan permasalahan, seorang pemimpin akan mampu berpikir lebih kritis.

Artinya tidak tersekat di satu sudut saja. Bisa melihat kemungkinan sudut-sudut yang lain dari permasalahan tersebut.

3. Buat pertanyaan asumsi
Siapkan pertanyaan "what if", hal ini untuk membantu otak kita berpikir dan terpacu menemukan yang namanya "what if scenario." Pilihan-pilihan yang dapat kita siapkan jawabannya.

Kemampuan membuat what if scenario juga akan membantu tim secara keseluruhan untuk memikirkan skenario terburuk dan exit plan jika rencana tersebut gagal.

4. Imajinasikan perspektif baru
Contoh aktual misalnya, Covid-19 telah banyak membuat pemimpin organisasi dan perusahaan untuk dipaksa memikirkan perspektif baru untuk kelangsungan bisnis dan organisasi.

Padahal, sebelumnya rencana-rencana tersebut mungkin hanya diatas kertas. Dengan terbiasa melakukan imajinasi perspektif baru, seorang pemimpin akan mampu berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan.

5. Harus mau mengakui kelemahan organisasi
Baik organisasi profit atau non-profit, semua mempunyai kelemahan internal. Seorang pemimpin harus mau mengakui bahwa pasti ada celah yang bisa diperbaiki.

Cara memperbaikinya adalah dengan mau berpikir kritis. Jadi, kalau mengakui ada kelemahan saja tidak mau, bagaimana mungkin otak bisa dipaksa berpikir kritis mencari sesuatu yang tidak diakui!

6. Tetapkanlah hati untuk satu keputusan
Seperti yang telah banyak saya ulas di artikel-artikel saya sebelumnya, ada yang namanya choice overload. Bias kognitif yang membuat seorang pemimpin bernafsu memikirkan solusi sebanyak mungkin.

Padahal, tugas pemimpin adalah ya memimpin. Memimpin tanggung jawab atas pilihan solusi. Sesimpel itu.

Makanya, dengan berusaha memilih satu solusi terbaik, seorang pemimpin akan dipaksa berpikir secara kritis. Bukan hanya nerimo dan pasrah.

Kepemimpinan | Foto oleh Miguel Apadrinan dari Pexels
Kepemimpinan | Foto oleh Miguel Apadrinan dari Pexels
Kesimpulan

Berpikir kritis adalah keterampilan lain yang harus dikembangkan secara sadar sebagai seorang pemimpin. 

Dengan mengasah dan berlatih secara konsisten, itu akan membuat kita menjadi pemimpin yang efektif karena kemampuan kita di atas rata-rata untuk memahami dunia sambil memperkenalkan ide-ide baru yang inovatif.

Tidak ada yang namanya skema kesuksesan instan. Kita akan sampai di sana dengan kerja keras, usaha, keterampilan berpikir kritis dan sejumlah hal lain yang pada akhirnya akan mulai kita temukan dalam diri kita sendiri.

Hal-hal baik memang tidak datang dengan mudah, tetapi pada akhirnya akan datang kepada kita yang mampu menyeimbangkan pandangan kritis dan optimis tentang dunia.

Butuh cara-cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis terutama bagi pemimpin. Enam cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis diatas dapat dilatih, dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing organisasi.

Salam Hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun