Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kita Harus Fokus ke Hal-hal yang Memang Penting Saja?

1 Juni 2021   08:45 Diperbarui: 25 Juni 2021   11:38 3445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu sedang berada di sebuah acara standing party atau situasi apa pun dengan banyak orang berbicara namun masih bisa fokus dan mendengar suara orang yang sedang kamu ajak bicara?

Atau pernahkah kamu sedang mengantre di suatu tempat yang ramai dan gaduh, ketika kamu tiba-tiba mendengar nama kamu dipanggil, kamu dapat segera mengidentifikasi nama kamu sendiri dan mengalihkan perhatian dengan mudah?

Contoh lain misalnya, bayangkan kamu sedang membuka Kompasiana di pagi hari, dan tiba-tiba kamu melihat nama kamu disorot di laman utama sebagai artikel utama. Begitu mata kamu melihatnya, kamu langsung fokus dan memperhatikannya. 

Saya pernah. Jadi ceritanya begini, waktu itu saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah melewati jalan bebas hambatan. Kemudian di dalam mobil saya mendengarkan musik favorit saya dengan fokus. Otak saya menangkap secara rangsangan musik ini dan mempengaruhi titik fokus saya tanpa saya sadari.

Hasilnya adalah, saking fokus menikmatinya, saya pun gagal fokus ke gerbang tol yang seharusnya saya exit. Padahal gerbang tol itu sudah ratusan bahkan ribuan kali saya lewati.

Saat itu saya hanya fokus kepada musik yang saya dengarkan di dalam mobil. Saya hanya fokus kepada yang saya ingin fokuskan. Otak saya saat itu benar-benar fokus kepada suara yang saya sedang nikmati di kepala.

Jika kamu pernah mengalami contoh-contoh di atas atau hal yang saya alami, maka kamu mengalami satu hal yang di dalam behavioral science disebut dengan The Cocktail Party Effect.

The cocktail party effect menyatakan bahwa otak kita memang suka berfokus pada informasi yang relevan bagi kita. 

Efek ini membuat kita mengabaikan semua suara atau visual di sekitar kita dan hanya berfokus pada apa yang dikatakan seseorang atau yang dilihat secara visual (dalam contoh saya, suara musik favorit saya).

Apa Itu Cocktail Party Effect?

Kita semua pasti pernah mengalami cocktail party effect dalam hidup kita, kebanyakan saat banyak kebisingan di sekitar kita. Baik saat jam makan siang di kantin atau saat berjalan di jalanan ramai dan macet.

Cocktail party effect sangat terkait dengan cara kita memisahkan dan memandang setiap individu atau objek. Otak kita akan memberikan stimulus apakah individu atau objek tersebut bisa mengubah fokus kita atau tidak.

Jadi jangan kaget, misalnya kita sedang berbicara kemudian lawan bicara kita mendadak mengalihkan fokus, bukan berarti kita tidak penting.

Hal ini terjadi karena otak kita memang sangat pintar memanipulasi dan memberikan rangsangan, untuk dalam sekejap memindahkan fokus tersebut ke hal-hal yang di alam bawah sadar kita lebih membutuhkan fokus.

Jadi, menurut contoh-contoh diatas, cocktail party effect adalah kemampuan otak manusia untuk fokus pada satu rangsangan dan menyaring rangsangan lainnya. 

Dasar science dari fenomena cocktail party effect ini adalah penelitian Moray tahun 1959, yang mengacu pada situasi di mana seseorang hanya dapat memperhatikan sebagian dari lingkungan yang bising, namun rangsangan yang sangat relevan seperti namanya sendiri dapat tiba-tiba menarik perhatian. 

Fokus | Sumber: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Fokus | Sumber: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Bagaimana Cara Kerja Cocktail Party Effect Ini?

Ada satu realitas yang harus kita hadapi, suka atau tidak suka dalam kehidupan sehari-hari kita, sejuta hal berteriak meminta perhatian. Beberapa dari hal-hal ini penting, beberapa hal cukup penting, beberapa hal sepele dan beberapa hal sama sekali tidak berguna.

Namun demikian, semua hal baik yang besar ataupun yang remeh ini berdampak pada spektrum fokus kita. Jika kita memilih untuk memperhatikan semua peristiwa di sekitar kita, secara otomatis kita kehilangan fokus. 

Bahkan di beberapa kondisi tertentu, situasi menjadi lebih buruk jika kita memilih untuk mengkhawatirkan hal-hal yang tidak dapat kita kontrol.

Kita akan menjadi overthinking, memikirkan semua hal yang bisa kita lakukan secara berbeda, menebak-nebak setiap keputusan yang dibuat orang lain, dan membayangkan semua skenario terburuk.

Ah, saya pernah mengalaminya. Sungguh melelahkan memikirkan hal-hal yang sebenarnya diluar kontrol kita.

Cocktail Party Effect dapat membuat kita berhasil menyaring semua "kebisingan" dan memusatkan perhatian pada hal yang penting.

Tapi, cocktail party effect juga dapat membuat kita tiba di tujuan yang sama sekali berbeda dengan apa yang kita rencanakan.

Dalam contoh kasus saya, cocktail effect party membuat saya tiba di gerbang tol yang bukan merupakan tujuan asli saya.

Jadi cocktail party effect mempunyai efek seperti pedang bermata dua, kita harus hati-hati dalam menghadapi cocktail party effect ini.

Jangan sampai alih-alih "fokus", kita malah tiba di tujuan yang benar-benar tidak direncanakan.

Saya mencoba memberikan ilustrasi negatif dari cocktail party effect ini, silahkan perhatikan gambar di bawah ini:

Cocktail Party Effect | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Cocktail Party Effect | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Bagaimana Cara Menghadapi Efek Negatif Cocktail Party Ini?

Saya ingin mengutarakan satu premis menurut saya terkait dengan cocktail party effect ini. Yaitu, jika kita memfokuskan energi pada semua "kebisingan" di sekitar kita, pengetahuan kita dalam berbagai sudut pasti meningkat. 

Pertanyaannya adalah, apakah semua pengetahuan itu berguna? Bagi saya, itu hanya menumpuk pengetahuan tanpa ada value yang keluar dari mengetahui pengetahuan tersebut. Kecuali, kita menggunakan pengetahuan tersebut dan menghasilkan value sosial yang baru.

Coba bayangkan deh, analoginya sama dengan misalnya kita sedang berada dalam satu kelompok dan semua orang bicara pada saat bersamaan.

Kita mungkin bisa menangkap makna dan konteks dari beberapa orang (yang kita pasti sudah punya preferensi sebelumnya), tapi kita tidak akan pernah bisa memahami keseluruhan konteks semua orang.

Jadi, lebih baik kita mengadakan pembicaraan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil sehingga kita bisa memahami konteks keseluruhan.

Lebih baik kita memberikan kontribusi value yang tepat daripada kita sibuk menumpuk pengetahuan tersebut.

Nah, untuk menghindari pengaruh negatif dari cocktail party effect ini, saya pernah melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Tentukan fokus kita dan apa saja yang bisa mendistraksi fokus tersebut: Ini penting. Selama ini kita hanya diajarkan "Ayo tentukan fokus dan tujuan kita", "Ayo mari buat tujuan akhir", "Mari bersama kita satu tujuan" dan jargon-jargon semacam itu.

Tapi, kita lupa menentukan hal-hal apa saja yang bisa membuat fokus kita terganggu, berbelok atau bahkan gagal. Mengetahui kemungkinan "distraksi" adalah sama pentingnya dengan mengetahui tujuan.

2. Tentukan hal-hal yang penting saja: Ketika saya memperjelas titik fokus saya, misalnya adalah yang membangun karir yang sukses, maka saya akan fokus kepada faktor kunci lain yang penting bagi tujuan dan hidup saya, seperti olahraga, hubungan, peningkatan diri, dan keuangan.

Paham kan maksud saya? Kita tidak bisa menjadi juara dunia di balapan Formula One sekaligus juara dunia di balapan Motogp. 

We cannot win everything, Ferguso!

3. Buat "saringan" untuk semua distraksi: Penting bagi kita untuk punya "saringan" agar kita tidak mudah terombang-ambing tidak ada kejelasan. 

Begini, bahkan setelah kita memutuskan apa yang harus difokuskan, perhatian kita dapat goyah dari satu kesempatan ke kesempatan lain. 

Kebisingan dan distraksi terhadap arah tujuan kita tidak selalu muncul dengan cara yang negatif. Itu bisa muncul dalam berbagai bentuk.

Apalagi kalau kita tidak punya saringan!

Tetapkan tujuan | Sumber: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Tetapkan tujuan | Sumber: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Kesimpulan

Lelah ya memahami efek ini. Serius, cocktail party effect ini memang melelahkan. Kita bisa dibuat memutar balik untuk hal-hal yang seharusnya tidak perlu.

Terlepas dari seberapa cerdas kita atau apa yang ditampilkan beberapa tes IQ sebagai skor, otak kita memiliki potensi yang luar biasa. 

Tetapi kita dapat memanfaatkan potensi penuhnya hanya jika kita berhenti membiarkannya berfungsi secara otomatis. Buat keputusan dengan lebih conscious dan beri masukan otak kita dengan informasi yang tepat.

Terakhir, ketika kita sangat jelas tentang apa yang kita inginkan, otak kita akan melakukan segalanya untuk bekerja ke arah itu. Jika kita bingung tentang tujuan kita, otak kita akan semakin membingungkan kita juga.

Tetapkan hati dan pikiran, ambil keputusan dan teguhlah pada keputusan tersebut.

Salam Hangat.

Referensi: Arons, B. (1992). A review of the cocktail party effect. Journal of the American Voice I/O Society, 12(7), 35-50. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun