Pernah tidak mengalami suatu hal atau melewati sebuah pengalaman yang sangat intens dan emosional? Misalnya liburan tujuh hari tujuh malam di sebuah tempat yang sangat indah. Dimana kita tidak akan pernah lupa dan kita pun sukarela merekomendasikan tempat itu.Â
Saya pernah. Saya juga dengan sukarela merekomendasikan-nya ke orang lain. Free, tanpa biaya endorse.
"Eh, tunggu deh, kenapa bisa begitu?" Kenapa saya bisa begitu bahagia-nya dan tidak pernah lupa, ternyata ada alasan science dibalik itu semua.
Perasaan kita selama momen yang paling intens secara emosional akan sangat mempengaruhi cara kita menilai keseluruhan pengalaman. Untuk menentukan apakah kita bersedia melakukannya lagi atau merekomendasikan-nya kepada orang lain.Â
Tunggu Dulu Ferguso...., Cuma Sesimpel Itu Alasannya? Â
Iya, sesimpel itu. Kita mengingat pengalaman hidup kita sebagai rangkaian potret yang representatif dan bukan sebagai rangkaian waktu peristiwa yang komprehensif. Â
Economist terkenal, Daniel Kahneman menyatakan bahwa otak kita tidak dapat mengingat semuanya, jadi otak menggunakan jalan pintas yang disebut dengan heuristik untuk memilih apa yang penting.
Nah inilah yang menjadi dasar apa yang disebut dengan Peak-End Rule. Dasar kenapa kita hanya mengingat momen puncak dan momen terakhir dari sebuah peristiwa. Terlepas itu momen bahagia atau sedih. Â
Lantas Bagaimana Peak-End Rule ini bekerja?
Perhatikan gambar di bawah ini: