Punya rasa bertekad untuk mengubah kebiasaan buruk---entah itu menunda pekerjaan, kurang olahraga, atau terlalu banyak scrolling media sosial---tapi akhirnya kembali lagi ke pola lama?Â
Kamu tidak sendirian. Mengubah kebiasaan adalah salah satu tantangan terbesar dalam hidup, tetapi itu bukan hal yang mustahil jika kita memahami prosesnya.
Tapi Mengapa Mengubah Kebiasaan Itu Sulit?
Albert Bandura, seorang psikolog terkenal dalam teori social learning-nya, mengungkapkan bahwa perilaku manusia sebagian besar dipelajari melalui observasi dan interaksi sosial.Â
Kebiasaan kita terbentuk karena kita meniru perilaku orang lain atau hasil dari pengalaman pribadi, yang kemudian dikenal sebagai Social Learning Theory.
Contohnya, jika sejak kecil kamu terbiasa melihat orang-orang di sekitarmu menunda pekerjaan atau makan makanan cepat saji, kebiasaan itu bisa tertanam dalam dirimu.Â
Menariknya, Bandura juga menyoroti konsep self-efficacy---kepercayaan pada kemampuan diri untuk mengubah sesuatu. Jika kamu merasa "tidak mampu" mengubah kebiasaan, kemungkinan besar kamu akan menyerah sebelum mencoba.
Selain itu, James Prochaska dan Carlo DiClemente memperkenalkan Model Transtheoretical (Stages of Change) yang menunjukkan bahwa perubahan kebiasaan adalah proses bertahap.Â
Proses atau tahapan itu terdiri dari:
- Precontemplation (pra-pemikiran), adalah saat kamu bahkan belum menyadari kebiasaan itu bermasalah.
- Contemplation (pemikiran), yakni saat kamu mulai berpikir untuk berubah, tetapi belum mengambil tindakan.
- Preparation (persiapan), di mana kamu mulai membuat rencana kecil untuk berubah.
- Action (aksi), ketika kamu mengambil langkah nyata untuk mengubah kebiasaan.
- Maintenance (pemeliharaan), merupakan ketika kamu berusaha menjaga perubahan agar tidak kembali ke kebiasaan lama.
Kesulitan sering kali muncul di tahap action dan maintenance. Kenapa? Karena kebiasaan lama telah menjadi bagian dari rutinitas dan otak kita cenderung memilih "jalur yang sudah dikenal".
Lalu Bagaimana Memulai Perubahan?
Berikut beberapa langkah berdasarkan teori-teori ini:
Bangun kesadaran atau awareness, yakni pahami kebiasaan apa yang ingin diubah dan mengapa itu penting. Kesadaran adalah fondasi dari semua perubahan.
Tingkatkan self-efficacy, percaya bahwa kamu bisa berubah. Mulailah dengan langkah kecil, seperti mengganti satu kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik selama seminggu.
Gunakan lingkungan untuk mendukungmu, sesuai Social Learning Theory yang mengajarkan bahwa kita belajar dari orang di sekitar, maka cari lingkungan atau komunitas yang mendukung perubahan positif.
Ikuti tahapan perubahan, jangan terburu-buru. Jika kamu masih dalam tahap berpikir (contemplation), beri dirimu waktu untuk mempersiapkan diri.
Tetap konsisten, perubahan tidak terjadi dalam semalam. Bahkan jika kamu tergelincir, jangan menyerah. Ingat bahwa setiap langkah kecil adalah kemajuan.
Proses mengubah kebiasaan sering kali mirip dengan perjuangan hidup yang penuh tantangan. Di sinilah inspirasi dari buku Street Fighter karya Drs. Mohsein Saleh Badegel, S.H., M.Sc. terasa relevan. Buku ini menceritakan tentang bagaimana seseorang dapat bangkit dari kegagalan dan terus maju dengan tekad kuat.
Semangat yang sama juga dibawa dalam acara IMInspirasi Talk 2, di mana kamu bisa belajar lebih jauh tentang cara mengelola emosi, termasuk bagaimana amarah sering menjadi penghalang dalam proses perubahan diri.
Jadi, Kapan Mulai Berubah?
Mengubah kebiasaan memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan pemahaman yang tepat, dukungan dari lingkungan, dan tekad yang kuat, kamu bisa melakukannya.Â
Kalau kamu ingin mempelajari lebih banyak tentang bagaimana mengelola perubahan hidupmu, yuk bergabung dalam IMInspirasi Talk 2 pada Kamis, 9 Januari 2025, yang diadakan oleh PT Inspirasi Mental Indonesia.
Acara ini tidak hanya akan menginspirasimu melalui perilisan buku Street Fighter, tetapi juga memberimu wawasan baru untuk menghadapi tantangan hidup dengan cara yang lebih sehat dan bermakna.Â
Karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang konsisten.Â
Sampai jumpa di sana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H