Mohon tunggu...
Nanda Dwi Febriyanti
Nanda Dwi Febriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030008 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dawuh Bapak Pengasuh: Biasakan Menomorsatukan Allah dan Menjadikan Orang Lain Terhormat

17 Maret 2023   17:49 Diperbarui: 17 Maret 2023   17:52 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang sholat sebagai wujud menomorsatukan Allah (Sumber : idntimes.com)

Teman-teman sekalian pasti sudah tidak asing bukan, dengan istilah "Dawuh". Apalagi bagi teman teman yang notabennya adalah orang Jawa. Bagi yang bukan orang Jawa pun pasti pernah mendengarnya. Seperti kata "Dawuh" yang ada di Film KKN Desa Penari.

Akan tetapi, "Dawuh" yang dimaksud di sini bukanlah Dawuh yang sama seperti di Film KKN Desa Penari. Keduanya memiliki makna ataupun arti yang berbeda.

Dawuh yang dimaksud adalah Dawuh Kiai yang dimana menurut publika.rmol.id, Dawuh itu bahasa Jawa yang artinya kata. Dan Kiai adalah bahasa Sansekerta yang berarti orang yang dihormati. Jadi, Dawuh Kiai adalah perkataan dari orang yang dihormati.

Dawuh Kiai sangat erat kaitannya dengan Pondok Pesantren. Dimana Dawuh ini disampaikan oleh Kiai atau Pengasuh Pondok kepada para santrinya sebagai petunjuk atau pegangan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Setiap pondok tentu memiliki Dawuh yang berbeda-beda. Sesuai dengan Kiai mereka masing-masing.

Seperti halnya Dawuh yang disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta, yaitu Bapak Drs. KH. Jalal Suyuthi. Beliau selalu mengingatkan para santrinya untuk memegang teguh dan tentunya mengamalkan hal ini dalam setiap menjalani kehidupan. Yaitu "Biasakan Menomorsatukan Allah dan Menjadikan Orang Lain Terhormat". 

Lalu, apa sih maksud dari Dawuh Bapak Pengasuh ini? Simak Penjelasannya! 

Ya, Pondok Pesantren Wahid Hasyim sama seperti pesantren yang lainnya. Ada hal khusus yang merupakan ajaran Wahid Hasyim sendiri, yaitu yang pertama Menomorsatukan Allah. Berarti Allah itu harus menjadi yang nomor 1. 

Proses Menomorsatukan Allah itu harus menggunakan yang namanya ilmu, tahu ajaran ajaran-Nya dan syariat-Nya. Seperti yang diketahui bersama, hubungan yang paling penting antara kita dengan Allah adalah sholat.

Dimanapun kita hidup, utamakan lah Allah. Contohnya saja seperti di kamar mandi. Kebanyakan dari kita berpikiran bahwa di kamar mandi itu tidak ada hal baik yang bisa dilakukan. Padahal, disitu banyak sekali tuntunannya, ada akhlaknya. Seperti membaca doa masuk dan keluar WC, masuk dahulukan kaki kiri, dan keluar dahulukan kaki kanan. Hal hal kecil dan sepele seperti ini saja sudah dianggap menomorsatukan Allah.

Semangat untuk menomorsatukan Allah perlu ditonjolkan. Hal hal yang hanya terlihat sebagai pengetahuan, mari dijalankan. Contoh lainnya saja, begitu ada adzan maka hentikan semua pekerjaan. Jika dianalogikan saja nih, ketika kita dipanggil oleh ibu kita kemudian tidak ada jawaban, pasti ibu akan merasa terabaikan, kesal, dan lain-lain bukan?

Begitu juga dengan Allah yang memanggil hamba-Nya dengan seruan adzan. Berbeda rasanya ketika panggilan langsung datang dengan yang datang pada 1 jam kemudian. Orang yang langsung datang saat panggilan tiba atau orang yang langsung sholat saat adzan berkumandang, pasti akan mendapat hadiah berubah fadhilah (keutamaan) sholat di awal waktu. Wah sungguh hal yang luar biasa bukan dari menomorsatukan Allah ini. 

Kemudian yang kedua adalah Menjadikan Orang Lain Terhormat. Artinya, jangan sampai kita itu menyakiti orang lain. Bagaimana caranya membuat orang lain itu senang dan juga bahagia. Jangan sampai ada orang lain susah, kita malah senang. Begitupun sebaliknya, ketika ada orang lain senang, kita malah iri dengki. Tetangga dapat nikmat, ya kita ucap alhamdulillah. Begitu sederhana bukan?

Ya, orang lain harus diperlakukan dengan hormat. Intinya, hati kita harus respect terhadap yang lain, tidak ada niatan untuk menyakiti mereka. Bahkan, kita tersenyum pun sudah bisa dikatakan menjadikan orang lain terhormat. Senyum sudah termasuk dalam sedekah dan mendapatkan pahala. 

Tolong menolong sebagai wujud menjadikan orang lain terhormat (Sumber : sahabatyatim.com) 
Tolong menolong sebagai wujud menjadikan orang lain terhormat (Sumber : sahabatyatim.com) 

Contohnya saja tentang perbuatan tolong menolong di lingkungan pesantren. Tidak hanya di lingkungan pesantren sih, tapi bisa dimana saja kita berada. Menolong orang yang sedang dalam kesulitan. Para wali / orang tua yang datang jauh-jauh untuk menemui anaknya, jangan sampai mereka terabaikan dan dicuekin. Ada orang, ya kita sapa. Kita bantu mereka sampai apa yang dimaksudkan itu terpenuhi.

Orang terhormat adalah orang yang bisa menghormati orang lain. Sebaliknya, orang tersebut akan menjadi orang rendahan pada saat orang itu tidak bisa menghormati orang lain.

Nah, kedua hal itulah yang menjadi identitasnya Wahid Hasyim. Dawuh yang selalu Bapak Pengasuh sampaikan kepada para santrinya. Dimana kita diminta untuk mengamalkannya menggunakan ilmu-ilmu agama yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadist.

Masih banyak lagi sih, contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, bagaimana Menomorsatukan Allah dan Menjadikan Orang Lain Terhormat versi teman-teman? Semoga hal ini bisa teman teman amalkan ya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun