Filsafat adalah dasar dari pengetahuan. Filsafat merupakan suatu pencarian akan kebenaran fundamental. Fundamental artinya mendasar dan mendetail dari apa yang terlihat dari penampakan luar. Contohnya : jenis kelamin yaitu jantan dan betina, yang dapat diketahui dari penampakan fisik luar sedangkan dari dalam dibedakan dari jenis kromosom X dan Y.
CREDO adalah keyakinan dalam ilmu. Tidak ada kebenaran yang mutlak dalam ilmu. Filsafat ilmu merupakan metafisika (di luar fisika) maksudnya adalah bahwa filsafat adalah hal-hal yang tidak dapat ditangkap oleh indra atau tinjauan diluar fisika.
Filsafat menurut pandangan lama (plato dan aristoteles) merupakan pencarian kebenaran normative yang mendasar mengenai kehidupan dan pencarian pandangan dunia (tinjauan metafisika). Pendapat baru menyatakan filsafat adalah analisis penggunaan bahasa ( Kata dan kalimat) dalam pemakaian sehari-hari. RENE DESCARTES menyatakan “COGITO (yang artinya berfikir), ERGO SUM” berarti “aku berfikir maka aku ada”. Berfikir lebih duluan daripada ada.
Ciri-ciri penalaran filosofis antara lain :
- skeptis (meragukan)
- radikal (mengakar, sampai mentok ke akar-akarnya)
- menyeluruh (sehabisnya, sebisa-bisanya)
- analisis (memilah-milah)
- kritis (mempertanyakan)
Konsep tiga pilar pengetahuan dalam filsafat menurut Dosen pengajar mata kuliah filsafat ilmu di STIK-PTIK Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan (2015), antara lain adalah ilmu, agama dan seni.
AGAMA
SENI
Ilmiah
Ilmiah (dari sudut pandang
Bersifat sangat subjektif
Harus ada pembuktian empirik
kebenaran sejarah agama)
(antar masing-masing
individu berbeda)
Tiga dasar ilmu (eksakta dan
Tidak ilmiah (dari sudut
Tidak usah diperdebatkan
sosial ) :
pandang keimanan masing-
kesubjektifannya
a. pembenaran
masing individu manusia dan
b. sistematik
kepercayaan kepada Tuhan yang diyakininya)
c. intersubjektif
Rasional (dapat berubah)
Rasional (tapi tidak berubah)
Bisa menjadi rasional bila
ada penjelasan tentang
nilai seni yang terkandung
sehingga yang tidak tahu
menjadi paham
Kebenaran ilmiah tidak dapat dicampuradukkan dengan kebenaran agama maupun seni, karena akan menimbulkan konflik atau bahkan perang agama. Namun, akan lebih baik lagi jika masing-masing dapat maju bersama-sama walaupun mungkin tetap akan ada kontra. Maka dari itu, filsafat bukanlah ilmu, karena tidak memiliki bukti empiris. Filsafat adalah dasar dari ilmu. Ilmu dimulai dari rasionalitas dan sikap percaya lalu dilanjutkan dengan berpikir. Namun, pada prosesnya axioma (percaya lebih dulu) ilmu dapat berubah setelah berpikir.
Pengetahuan pada intinya adalah semua hal yang kita tahu. Ciri pengetahuan ilmiah adalah rasional dan empirik. Contohnya : teori relativitas Einstein. Sesuatu hal yang tidak ilmiah (misalnya pemikiran rasional tentang penciptaan bumi dan bulan. Serta upaya manusia untuk membuat bulan buatan selama ini tidak pernah berhasil, hal tersebut dikarenakan perhitungan manusia tidak akan bisa sesempurna perhitungan Tuhan) bukan berarti tidak benar.
Pada awal saya mendapat pelajaran filsafat, saya langsung bersikap skeptis (meragukan). Pemahaman awal saya adalah bahwa filsafat itu adalah pembenaran bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan (ateis). Namun, setelah mendapat pencerahan melalui ajaran mata kulah filsafat ilmu dari Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan, yang merupakan seorang dosen yang sangat luar biasa cerdas dan bijaksana, saya kemudian sadar bahwa sikap skpetis dan kritis saya terhadap filsafat itu sendiri sudah merupakan cara berpikir yang filosofis. Hal positif yang dapat saya ambil adalah bahwa dalam menjalani kehidupan ini kita memang setidaknya harus memiliki cara berpikir yang skeptis, analitis dan kritis. Dengan cara berpikir skeptis, maka kita akan lebih berpikiran terbuka, peka dan selalu ingin tahu apa yang ada di balik suatu hal atau kejadian yang terjadi. Cara berpikir analitis akan membantu kita mempermudah menyelesaikan suatu permasalah secara lebih sistematis. Sedangkan, cara berpikir kritis akan membuat kita tidak mudah mempercayai hal-hal yang tidak memiliki bukti empiris dan tidak mudah diperdaya terutama oleh kebenaran-kebenaran semu. Bahkan apabila kita bisa memahami esensi utama dari filsafat adalah kerendahan hati dan ajaran agar kita tidak sombong, bahwa ada kuasa besar di atas segala yang ada di alam raya jagat semesta ini.
Referensi :
Resume Perkuliahan Mata Kuliah Filsafat Ilmu bulan Agustus-November tahun 2015 oleh Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan. Jakarta : STIK-PTIK
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H