Mohon tunggu...
Nanda Karuniko
Nanda Karuniko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dengan Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

30 Desember 2021   00:05 Diperbarui: 30 Desember 2021   09:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori struktural fungsional menekankan keteraturan dan mengabaikan konflik serta perubahan sosial. Menurut teori ini, masyarakat adalah suatu sistem sosial yang tersusun dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dan bersatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian menyebabkan perubahan pada bagian lainnya. 

Asumsi dasarnya adalah bahwa semua struktur dalam sistem sosial adalah fungsional dengan struktur lain. Di sisi lain, jika tidak fungsional maka struktur tersebut tidak ada atau akan hilang dengan sendirinya. 

Secara ekstrim, para pendukung teori ini berasumsi bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi masyarakat. Perubahan sosial dapat terjadi secara perlahan. Jika terjadi konflik, para pendukung teori fungsionalisme struktural berfokus pada pertanyaan tentang bagaimana masyarakat dapat menyelesaikannya untuk menjaga keseimbangan. 

Dari perspektif teori fungsional, penting untuk menyimpulkan bahwa masyarakat berada dalam keadaan perubahan bertahap, selalu dalam keseimbangan. Semua peristiwa dan semua struktur yang ada bekerja untuk sistem sosial, bahkan kemiskinan dan kerugian sosial, seperti halnya institusi yang ada diperlukan oleh sistem sosial. 

Asumsi dasarnya adalah bahwa seluruh struktur masyarakat, atau setidaknya yang diprioritaskan, berkontribusi pada integrasi dan adaptasi sistem umum. Seperti pendekatan lainnya, pendekatan fungsional dan struktural ini bertujuan untuk ketertiban dan keteraturan sosial. Talcott Parsons, menguraikan empat komponen dalam penggunaan imperatif fungsional, yaitu :

  1. Sistem Tindakan : Lingkungan sistem tindakan yang mendorong perilaku manusia mencakup enam sistem: realitas tertinggi, sistem sosial, sistem budaya, sistem kepribadian, organisme perilaku, dan lingkungan fisik organik. Menurut Parsons, perilaku manusia selalu ditujukan pada tujuan. Artinya, tindakan dilakukan dalam kondisi yang unsurnya sudah pasti, dan elemen lainnya digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan ini. Di masa pandemi Covid-19, institusi pendidikan dipaksa untuk beradaptasi dengan realitas sosial yang ada. Perilaku tersebut secara normatif diatur oleh berbagai pedoman dan tujuan tertentu.  Langkah pemerintah mengalihkan metode pembelajaran secara tatap muka (luring) ke pembelajaran tatap maya (daring) merupakan bagian dari nilai dan motivasi untuk menyelamatkan dunia pendidikan yang diterpa badai pandemi.
  2. Sistem Sosial :Sistem sosial di sini berarti suatu sistem yang terdiri dari aktor-aktor dari berbagai individu yang berinteraksi dengan individu lain dalam situasi tertentu. Pandemi Covid-19 telah menciptakan sistem sosial baru yang mengharuskan lembaga pendidikan harus berinteraksi lebih intensif dengan beberapa lembaga lain, antara lain keluarga dan lembaga lingkungan. Bagi Parsons, persyaratan kunci demi terpeliharanya integrasi pola    nilai dari sistem sosial adalah adanya internalisasi dan sosialisasi (Syawaludin, 2014:159). Integrasi beberapa institusi di masa pandemi Covid-19 harus diikuti dengan aturan yang mengikat peserta didik. Dengan integrasi yang baik, proses internalisasi ke diri peserta didik tentang bagaimana seharusnya pembelajaran dari rumah dapat terlaksana sesuai harapan bersama. Berbagai institusi juga perlu berintegrasi untuk terus saling bersosialisasi satu sama lain tentang perkembangan pendidikan.
  3. Sistem Kultural : Menurut Parsons, kultur atau budaya merupakan kunci dalam mengikat sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah kebudayaan ada nilai dan norma yang dijadikan tuntunan oleh individu di dalamnya agar tujuan luhur kebudayaan tetap terjaga. Nilai dan Norma tersebut kemudian akan diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya sendiri   sebagai proses dalam sistem kepribadian, agar membentuk individu yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem kultur. Jika dikaitkan dengan pandemi, pandemi  Covid-19 ini memaksa masyarakat untuk mengikuti  norma yang berjalan, seperti menjaga jarak, memakai masker dan rajin mencuci tangan.
  4. Sistem kepribadian :Sistem kepribadian dikendalikan tidak hanya oleh sistem budaya tetapi juga oleh sistem sosial. Kepribadian menjadi sistem yang mandiri. Hal ini karena hanya berkaitan dengan hubungan individu itu sendiri dan keunikan pengalamannya sendiri. Kepribadian adalah sistem motivasi yang ada pada individu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan ini bukan merupakan dorongan naluriah sejak lahir, tetapi muncul sebagai akibat dari individu dalam lingkungan sosial yang mengelilinginya. Peserta didik di masa pandemi Covid-19 ini juga memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ketika pembelajaran jarak jauh dilaksanakan ada beberapa peserta didik yang lebih belajar lebih serius, kreatif dan antusias daripada pada saat pembelajaran tatap muka dilakukan. Jika  ditelaah lebih jauh, peserta didik tersebut berada pada sistem kultural dan sistem sosial   yang baik dan mendukung untuk bergerak. Namun tidak sedikit juga peserta didik yang kurang antusias dan cenderung menyepelekan proses pembelajaran jarak jauh. Maka di     masa pandemi ini,  sistem kepribadian peserta didik harus terus dikendalikan  oleh  sistem  kultur yang baik dan juga adanya sistem sosial yang saling menguatkan satu sama lain.

Penutup

Pandemi Covid-19 memaksa perubahan besar di berbagai tatanan kehidupan, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pendidikan mau tidak mau harus beradaptasi dan berinovasi dalam masa pandemi ini. Teori struktural fungsional memahami bagaimana unsur yang satu dengan yang lain memiliki fungsi yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan menjadi suatu sistem, di mana permasalahan pendidikan selama  pandemi berlangsung  akan teratasi dengan sendirinya melalui adaptasi dan proses institusionalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun