Mohon tunggu...
Dhammananda Justin Yu
Dhammananda Justin Yu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Kanisius

Belajar, belajar, kerja, kerja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jakarta Top Dunia dalam Kualitas Udara Terburuk

8 November 2024   22:18 Diperbarui: 9 November 2024   21:34 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi. Kita  lihat dari sudut pandang objektif bahwa fasilitas transportasi Indonesia belum ada baik-baiknya. Tetapi akan selalu ada alternatif.

  • Mendorong penggunaan transportasi umum atau beralih ke kendaraan listrik dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan. Indonesia harus fokus pada perkembangan dunia batere. Dengan SDA, tak ada yang tak mungkin untuk merancang sistem-sstem yang berhasil. Sebagai individu, mengurangi perjalanan yang tidak perlu atau menggunakan sepeda untuk jarak pendek juga bisa menjadi kontribusi.

  • Meningkatkan Ruang Hijau. Perlu disadari bahwa polusi udara bukanlah ketiadaan gas dan komponen berbahaya, melainkan kehadiran dalam jumlah terlalu banyak. Sesungguhnya, polusi selalu ada. Pohon dan tumbuhan hijau justru membutuhkan gas yang kita anggap polutan itu (CO2) dan menyediakan udara bersih. Mulailah dengan menanam satu tanaman saja, tak perlu banyak-banyak. Area hijau di perkotaan adalah kunci dari udara yang bersih.

  • Edukasi dan Kesadaran Masyarakat. Pada akhirnya, semua ini hanya omong kosong apabila orang-orang tidak bersedia berubah. Masalah polusi udara bukan hal sepele. Mengubah pola pikir masyarakat dan meningkatkan wawasan terkait topik itu akan semakin menyadarkan banyak orang. Kesadaran untuk memakai masker, mencegah menghirup udara kendaraan, ini hal-hal sederhana yang bisa dilakukan untuk melindungi diri.

  • Lestarikanlah udara, karena selagi kita hidup, kita akan terus bernapas. Tak ada bentuk interaksi dengan lingkungan yang lebih memaksa dibandingkan kebutuhan kita akan oksigen, maka hendaklah kita berupaya dan memastikan bahwa apa yang masuk dalam hidung, memang benar layak untuk diterima dalam tubuh.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun