Bening di matamu menyinari hati, mengerjap bagaikan kolase bintang timur
Kilauan memikat di setiap tatapan, kini redup menyiratkan cerita
Netra menggores rahasia dalam sepi, menemukan jejak abu-abu, karangan puisi cinta terukir lugas
Dalam gelap sosok mata menerobos bayangan pekat merayap memenuhi sudut hati tak ada kerlipan di sana, cerita sunyi
Malam tak kunjung berakhir, membisu terus menggema
Puisi gelap melingkari pikiran seperti kabut hitam yang menggelayut lukisan benak mati
Seiring kunang-kunang muncul titik pandang pun mengerucut
Akankah  terbitnya pagi tersembunyi di balik awan menyelimuti embun
Menemani bintik berpendar mengintip di balik rembulan nan malu-malu berseri
Dalam senyap, menyimpan riwayat terpendam diam-diam berkisah tentang waktu
Mencuri cahaya, menyelinap di antara sisi bola mata, mengukir jejak palung buram
Membelai manik redup, serasa memahami kisah getaran sebuah jendela menembus ruang dimensi, merajut arti dalam kebisuan
Glaukoma menyerang, arsiran memucat tiba menghitung lingkaran kabut tebal menyelimuti pandangan
Menyanggah belahan tak jua kedip, melawan perang hati tanpa suara
Atma meronta ketika titik cahaya menjauh, hilang dalam misteri malam bermain ketidakpastian
Glaukoma, si pencuri kejernihan langit mata
Perlahan merembes bias kabut menghampiri terbersit titik bianglala
Sebuah dilema, meski buram membuncah harapan
Glaukoma pencuri cahaya di mata, merayap tanpa aba-aba, tak terlihat datangnya
Mengaburkan pandangan kedip dari tekanan bola mata
Menggerogoti diam-diam, merayap perih
Langit mata berembun berkabut putih, menemui siluet
Puisi hati terpahat pada Glaukoma, peluk gelap memudarkan sinar
Pencuri tak berwajah, sadis kehadirannya
Menyita warna dalam lukisan pucat
Terkurung dalam intuisi
29 November 2023
Kota Bambu Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H