Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Amal Jariah Penulis Menuju Investasi Abadi

17 September 2021   14:11 Diperbarui: 20 September 2021   22:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti." (Ali bin Abi Thalib)

Orang yang mengajarkan kebaikan, menginspirasikan kebaikan hingga semua ikan-ikan di laut akan meminta pengampunannya. Sesungguhnya Allah dan malaikat dan penghuni langit dan bumi sampai semut-semut di liang-liangnya akan mendoakan orang-orang yang berbuat kebaikan.

Sebaliknya menulis bisa juga menginspirasikan maksiat keburukan, dosanya mengalir pada orang yang menulis tersebut. Azab dan dosa jariah yang terus mengalir.

Na'uzubillahiminzalik.

Sebagai pengingat kita hati-hati dalam menulis. Sedikit tetapi barokah lebih baik ketimbang banyak tidak barokah. Seperti menulis cerita yang tidak benar hanya sebuah napsu. 

Kita menulis mengharapkan rida dari-Nya. Azasnya adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Menulis sebagai silaturrahmi yang menjadi amalan shaleh.

Belakangan ini sering kali aku baca cerita bergenre creepy pasta khususnya Gore. Secara pribadi aku skip bacanya. 

Namun, selaku manusia tergerak hatiku bertanya tanya, ada apakah dengan cerita fiksi yang sadis berseliweran di komunitas? Ada yang pro ada yang komentar sebaiknya hindari tema itu.

Di lingkungan kepenulisan sendiri bukanlah sebuah larangan melainkan sebagai karya nominasi untuk memperkaya cita rasa kepenulisan di abad ini.

Duhh! Mengapa pemikiranku berbeda dan merasa tidak nyaman membaca cerita ini. Apakah kalian mengalami hal yang sama dengan pemahamanku? 

Secara kemanusiaan naluriku terpanggil sampai mencari tahu ada apa sebenarnya di balik cerita bertajuk creepy pasta jenis gore itu.

Aku pernah baca artikel tentang Narkolema (narkotika lewat mata) sama-sama narkotika yang akan merusak cara pemikiran seseorang, apalagi anak-anak yang sedang mencari jati diri, tentunya akan membekas dan merubah pola berpikir si anak menjadi sadis. 

Genre ini sangat tidak dianjurkan buat golongan balita, anak anak dan remaja awal.

Seyogyanya penulis memberi tanda kode khusus bacaan 18+ dan footnote menjelaskan tindakan ini jangan ditiru, sangat berbahaya.

Kalau menurut sudut pandang dalam kepenulisan, genre ini merupakan mahakarya penciptanya. Beberapa kali penulis ada mendiskusikan dengan pakar dan penulis lainnya. Genre ini begitu trend dan diminati oleh reader, tetapi ada pula yang tidak menganjurkannya. 

Malah mereka menyanggahku, bagaimanakah dengan zina dan selingkuh yang lagi marak dibaca dan dipertontonkan di khalayak umum? Baik di depan anak anak dan remaja bahkan orang tua. 

Keduanya sama-sama merusak budi luhur pembaca, mungkin di kesempatan lain kita akan membahas tentang "kecanduan pornografi," balasku pada netizen di sebuah komunitas literasi.

Aku tidak tahu lagi mau berkata apa, pengalamanku yang pernah hidup di era empat dasawarsa dengan berbagai sejarah kriminalitas dan status krisis moral

Dampak secara psikologis pada pembaca dengan gangguan kecemasan mental dan depresi akan meniru apa yang telah dia baca bahkan sampai terekam dalam mindsetnya. 

Hal ini menjadi bahan sebagai pemahaman dan contoh yang akan diikuti oleh reader tersebut.

Suguhan daging manusia sampai mencuci otak pembaca dari sop tulang manusia, bakso daging manusia, gulai biji mata. Subhanallah, ada apa dengan pemikiran manusia sekarang, sajian-sajian tontonan dan tulisan seperti kanibal, mutilasi ini memperkeruh suasana batin reader.

Nyeseek, banget!

Apakah aku yang kurang update, kuper (kurang pergaulan) dan tidak mainstream? Sebagai sosok yang hidup di beberapa zaman, aku kenal banget permasalahan publik ini. 

Mencuci otak dengan suguhan aneh, hingga merusak maindset pembaca yang terganggu secara mentalnya. Hal ini cenderung readers akan mengikuti arahan cerita creepy tersebut bak sutradara tanpa pamrih.

Jangan heran sekarang banyak kasus mutilasi, pemakan daging manusia dan hal-hal aneh yang dilakukan terhadap insan yang bernyawa, notabenenya penuh akal dan mulia. 

Sangat disesalkan di sini justru pembaca mengadopsi hingga terinspirasi dari bahan bacaan serta tontonan yang belum siap untuk di filtrasi secara emosional. Sepertinya ada satu perasaan memuaskan (satisfying) pada konten bacaan tersebut.

Tulisan ini beberapa waktu lalu sudah author tulis, tapi baru kali ini dipublis. Jika seandainya tidak berkenan, boleh kemukakan di kolom komentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun