Kala senja melepaskan mentari pergiÂ
Meninggalkan hawa remangÂ
Menutupi diri di balik belahan bumi
Menemui gemintang
Suasana semakin senyapÂ
Dingin menggigit memangku keresahan tak jua redaÂ
Perlahan kulihat engkau hadir menebarkan senyum penuh kerinduan
Memungut kepingan hati bercampakan
Di antara dedaunan mulai kerontang
Lamat-lamat menjauh mengharap kehadiranmu nyata
Tiada lagi denting gawai menyapaÂ
Serak seringaimu
Senyum arogan penuh kharisma
Terpatri dalam kesumatÂ
Selaksa aroma menguatkan asa tanpa berjedaÂ
Debar berdesir kala mengingatmu
Alirkan Geliat mengharu usik lamunan
Meronta seketika
Takkala menemani jiwa Â
Menyeduh nikmatnya baraÂ
Meskipun langit membelah jauh untuk merengkuhmu dalam genggaman
Engkau telah pergi
Menyisakan sekelumit kisah
Bayang-bayang romansa
Membumi dalam ilusiÂ
Rindu bersitatap
Jemarimu bersedekap
Terenggut paksa
Lentera pun usai tanpa jejak
Menamatkan penggalan usang berdebu
Meramu cinta diam-diam
Berakhir luka Â
Langkahku gontai mengharap engkau bertahan di sisi perjalananku, hingga mengistirahatkan ragaku yang penat
Izinkan aku nenyandarkan hati menikmati tatapan teduhmu sampai di makan usia
Bireuen, 16 Juli 2021 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H