"Mari, dek Ridha, kakak ambilin piring makannya, yah!Â
Aku langsung menyendok nasi beserta kuah rendang sampai meleleh ilerku. Siapa sih, yang tidak berselera dengan rendang? Â orang tidak menyukai rendang dipastikan sedang bermasalah dengan penyakit dalam.Â
Kuah rendang kusiram menutupi sebagian nasi, lalu memenuhi semua piringku.Â
"Kak Nan," panggil adik ipar dengan nada terkejut setelah melihat pemandangan merendang.
 "Kakak? panggilnya berulang-ulang untuk menyadarkanku, karena dari tadi aku belum menyahutinya.Â
"Kakak?" dek Ridha ambil piring juga, yah! "Dek Ridha pengen makan sayur pare di kuah lemak, rasanya enak gitu, kak! Pahit-pahit tapi nagih," dalih sang adik yang mulai gelisah dengan penampakan kuah rendang melumer. Terlihat ekspresi wajah adik ipar bingung sebagai refleks dari gelagatku yang tak lazim.Â
Entah bisikan dari mana lelehan kuah rendang begitu menggoda, macam perempuan lagi ngidam. Aku cuma ngambil kuahnya saja, malah yang direndang tak kusentuh sedikitpun  Hehe, kalau ingat sekarang, koq jadi geli hati, ya!Â
****Â
Waktu beranjak gelap, pertanda malam akan menemaniku pulang. Tak terasa Bus yang kami tumpangi melaju dengan cepat dari Kuala Lumpur menuju Penang. Begitu tertibnya penumpang di dalam bus tersebut. Tidak ada yang merokok sangat membuat nyaman penumpang.Â
Berbeda di daerah kami, jikalau menaiki bus seperti ada bebauan asap.
Mereka tidak memperdulikan penumpang lainnya, buat geram.Â