Mohon tunggu...
Nanda Pratiwi
Nanda Pratiwi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penggunaan Eufemisme dalam Pembelajaran di Kelas

9 Desember 2022   21:57 Diperbarui: 14 Desember 2022   23:13 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia begitu kental dengan kebudayaan timurnya yang begitu menjaga ucapan terhadap orang lain, sehingga penggunaan bahasa yang halus begitu penting dalam tindakan komunikasi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, gaya bahasa untuk menghaluskan kata selalu digunakan masyarakat Indonesia. Dalam ilmu bahasa, penghalusan kata disebut dengan eufemisme. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Djajasudarma (2013: 27) yang menjelaskan, “Eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan.”

Menurut Ahmadi (1990: 181), “Eufemisme adalah gaya bahasa berupa kata-kata atau frasa untuk rasa yang lebih halus atau sopan dalam menyatakan suatu benda, hal, keadaan, atau orang.” Eufemisme dalam bentuk kata seperti pada kata tunawisma untuk mengganti kata buta, sedangkan dalam bentuk frasa seperti pada frasa penyesuaian harga untuk mengganti frasa kenaikkan harga.

Selain itu, menurut Breal (dalam Parera, 2004: 128), “Eufemisme berlatar belakang sikap manusiawi.” Eufemisme digunakan oleh seseorang bertujuan menghindari untuk menyakiti hati dan menyinggung perasaan orang lain. Dengan begitu, seseorang dapat menjalin hubungan atau kerjasama yang baik dengan orang lain.

 Menurut Ahmadi (1990: 181), “Eufemisme adalah gaya bahasa berupa kata-kata atau frasa untuk rasa yang lebih halus atau sopan dalam menyatakan suatu benda, hal, keadaan, atau orang.” Eufemisme dalam bentuk kata seperti pada kata tunawisma untuk mengganti kata buta, sedangkan dalam bentuk frasa seperti pada frasa penyesuaian harga untuk mengganti frasa kenaikkan harga.

Manfaat Eufemisme

              Eufemisme berfungsi untuk menghaluskan ucapan yang dirasakan kasar atau tabu untuk diucapkan. Selain itu, terdapat beberapa manfaat lainnya dari penggunaan eufemisme yang disampaikan oleh Karim, dkk. (2013: 138) sebagai berikut.

  • Eufemisme sebagai alat untuk menghaluskan ucapan

Dalam berbicara kata-kata yang memiliki konotasi rendah dapat diganti atau diungkapkan penuturnya dengan cara-cara yang tidak langsung, gunanya untuk menghindari berbagai konflik sosial. Dengan penggunaan eufemisme diharapkan antara penutur dengan lawan tutur dapat menjalin hubungan yang baik dengan ucapan yang halus dan sopan.

  • Eufemisme sebagai alat untuk merahasikan sesuatu

Eufemisme dapat digunakan untuk merahasiakan sesuatu yang dianggap penting. Misalnya, kata-kata khusus dalam bidang kesehatan dan kedokteran seperti kanker dapat diganti dengan istilah CA.

  • Eufemisme sebagai alat berdiplomasi

Bentuk-bentuk eufemisme seringkali digunakan baik oleh pemerintah, para atasan, maupun pejabat kepolisian. Gunanya adalah menghargai kepada bawahannya atau masyarakat, serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pada masyarakat Indonesia penggunaan eufemisme sudah diajarkan sejak dini, seperti tidak boleh berbicara kasar atau kurang sopan, serta tidak boleh mengatakan hal-hal yang dilarang atau tabu.

  • Eufemisme sebagai alat penolak bahaya

Eufemisme merupakan salah satu pencerminan usaha manusia untuk memperoleh kesejahteraan, ketentraman, dan keselamatan. Bangsa Melayu mempunyai kepercayaan untuk menghindari kata-kata tertentu untuk memperoleh keselamatan. Menurut Wijana dan Rohmadi (dalam Karim, dkk., 2013: 140) bagi orang yang sedang berjalan di hutan ucapan kata ular diganti dengan kata akar, atau kata harimau diganti dengan kata nenek.

Eufemisme dalam Pembelajaran di Kelas

Interaksi pembelajaran merupakan suatu gambaran aktivitas belajar mengajar yang melibatkan pendidik dan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Adapun dalam interaksi tersebut, pendidik dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh peserta didiknya. 

Berkenaan dengan komunikasi di kelas, pendidik juga perlu memperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan benar dengan tidak mengesampingkan kesantunan bahasa tersebut. Hal ini disebabkan karena karakteristik peserta didik yang memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Oleh karena itu, dalam hal tuturan pendidik harus cermat dalam memilih kata dan kalimat atau ungkapan-ungkapan yang dilontarkan, agar tidak menimbulkan berbagai penyimpangan dalam berbahasa. 

Menyikapi hal tersebut, pendidik dapat menggunakan eufemisme dalam memanipulasi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang bernada kasar atau melecehkan peserta didik yang nantinya berdampak pada perkembangannya.

Hidayat (2014: 34) menyatakan bahwa eufemisme merupakan sebuah ungkapan-ungkapan bahasa yang dimanipulasi demi kepentingan-kepentingan tertentu agar terhindar dari ungkapan yang dirasakan kasar, merugikan, atau tidak menyenangkan, misalnya kata “meninggal dunia” untuk menggantikan kata mati, “tuna wisma” untuk menggantikan ungkapan kepada orang yang tidak memiliki tempat tinggal, kata “kamu bodoh” dapat diganti dengan mengatakan “kamu harus belajar dengan giat lagi”, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun