Aku tidak pernah belajar untuk mundur. Aku tidak pernah belajar berlutut, dan aku tidak pernah belajar menyerah. Yang aku pelajari, aku harus bertarung saat harus bertarung. Ketika ada yang mencoba untuk menghancurkan sesuatu yang kalian sayangi, kalian harus mempertahankan hidup.
Film ini pernah dinobatkan sebagai film terlaris kedua di Korea dengan genre film laga sejarah. Disutradarai oleh Kim Kwang-shik dan diperankan oleh para aktor ganteng seperti Jo In-sung dan Nam Joo-Hyuk.Â
Jo In sung dalam tokoh utama sebagai Komandan Yang Manchul yang perkasa dan berani, mengingatkan saya akan film Hollywood 'Braveheart'.Â
Film ini mengambil latar belakang sejarah Dinasti Goguryeo (Korea) di tahun 654 M, saat menghadapi peperangan melawan Dinasti Tang yang dipimpin oleh Li Shimin. Film ini pun mengingatkan saya tentang situasi saat ini di Ukraina akibat serangan besar dari Rusia.Â
Hampir mirip, ketika sebuah negara kecil harus mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari negara lain yang notabene secara wilayah lebih besar dengan jumlah pasukan dan peralatan perang yang lebih dahsyat.Â
Mampukah negara kecil tersebut bertahan atau terpaksa menyerah asalkan tetap hidup?
Jenderal Yeon dari Dinasti Goguryeo terpaksa mundur dari pertempuran di Gunung Jupil melawan gempuran pasukan besar Dinasti Tang yang dipimpin Li Shimin.Â
Jenderal Yeon berharap Komandan Yang Manchul yang berada di wilayah Ansi membantu mereka, namun Manchul memutuskan bahwa pasukannya harus tetap di posisi mereka saat itu, yaitu di Benteng Ansi untuk berjaga-jaga dari serangan.Â
Kesal lantaran tak mendapat bantuan dan mengabaikan perintah atasan, Jenderal Yeon menganggap Manchul sebagai pengkhianat dan mengutus seorang prajurit Akademi Militer ibukota bernama Samul untuk membunuh Manchul.
Setibanya di Ansi, karena takut terbunuh, Samul mengatakan latar belakang keluarganya yang adalah juga berasal dari Ansi dan berbohong berniat ikut membantu prajurit di Benteng Ansi karena sasaran selanjutnya Dinasti Tang adalah Benteng Ansi.Â