Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tradisi Belanja Online dan Tetap Sadar Lingkungan

20 Februari 2022   15:58 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:12 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbelanja online sudah merupakan hal wajib yang saya lakukan setiap bulan selama dua tahun belakangan ini. Bisa dikatakan bahwa pandemi turut mengubah beberapa pola kebiasaan individu dan masyarakat. 

Sebelum masa pandemi, setiap akhir bulan saya dan keluarga rutin ke swalayan atau supermarket terdekat untuk berbelanja kebutuhan bulanan yang dipakai sehari-harinya, seperti : minyak goreng, sabun mandi, deterjen pakaian, pewangi lantai dan ruangan dan lainnya. 

Memang jika berbelanja offline, saya sudah terbiasa memakai tas belanja sehingga tidak membutuhkan plastik tokonya, kecuali untuk makanan tertentu seperti es krim dan makanan beku. 

Semenjak pandemi, telah mengubah tradisi ini, saya sudah jarang berbelanja ke swalayan (lebih seringnya ke ATM di dalamnya). Saya lebih tertarik dan memilih berbelanja online, bukan hanya untuk belanja rutin kebutuhan, belanja fashion juga, kenapa?

1. Harga lebih Terjangkau

Ilustrasi Foto oleh Anna Shvets dari Pexels
Ilustrasi Foto oleh Anna Shvets dari Pexels

Sebut saja sabun mandi cair merk Lifebouy keluaran Unilever. Di marketplace berwarna oranye dan hijau, kita bisa menemukan Official Store-nya. 

Official Store maksudnya adalah ruang khusus yang disediakan kepada brand resmi atau pemegang hak merek yang sah untuk menjual produk mereka secara online melalui laman marketplace, sehingga originalitasnya juga tidak perlu diragukan.

Harga yang tertera di marketplace bisa saja lebih mahal atau sebaliknya dari harga swalayan atau warung terdekat kita. Namun, jika lebih cermat, kita bisa menggunakan penawaran yang tersedia di marketplace, misalnya adanya cashback, promo/diskon toko. 

Ini bisa saja mengurangi harganya langsung atau memberi poin/koin yang bisa kita gunakan untuk berbelanja selanjutnya dimana poin/koin itu senilai uang. 

Bahkan jika kita berbelanja online saat moment tertentu, misalnya program menarik hari besar Nasional atau program isa rutin bulanan seperti 1.1 atau 2.2 (artinya tanggal 2 bulan 2) atau Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional).

Setiap bulannya biasanya mendapat harga khusus yang murah dibanding hari lainnya. Untuk emak-emak pecinta diskon seperti saya, ini sangatlah lumayan.

2. Hemat Waktu, gratis Ongkir pula

Kita tidak perlu menunggu antrian di kasir untuk membayar barang belanjaan atau mencari barang yang kita perlukan dari satu rak ke rak lainnya. 

Di marketplace, tentu saja pembayaran sangatlah praktis, sesuai keinginan konsumen, mau bayar tunai di tempat (Cash On delivery/COD), mau transfer atau bahkan yang lagi 'tren' adalah ngutang dulu, bayar kemudian, yang dikenal dengan istilah paylater. 

Masalah ongkos kirim pun teratasi dengan penawaran gratis dengan berbelanja dalam jumlah tertentu atau subsidi ongkir dari marketplace.

Kemudahan-kemudahan inilah yang membuat saya berpindah haluan ke online shopping. Tak dipungkiri memang, untuk masalah packing/pengemasan.

Para seller/penjual berusaha amanah, seoptimal mungkin agar pesanan konsumen mendarat dengan aman dan mulus, terutama untuk barang pecah belah, kosmetik, item bersifat cairan dan makanan. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Hal ini pun dikarenakan para seller juga berharap mendapat feedback dari buyer berupa rating dan ulasan yang baik. Saya masih memaklumi packing kardus yang penyok dan plastik yang agak sobek atau tipis, saat produk sampai ke tangan saya, selama tidak merusak fungsi atau mengurangi komponen produk pesanan tersebut.

Lalu saya pun menjadikan ini sebagai sebuah peluang kecil untuk menyelamatkan lingkungan dari limbah packing seperti plastik, bubble wrap dan kardus. Saya bergabung dalam sebuah platform bank sampah. 

Tujuan utama saya tentu saja untuk memberikan limbah packing ini agar dikelola kembali oleh bank sampah, jika diberi imbalan / sedikit fee dari mereka, saya tidak terlalu memikirkannya. 

Saya cukup senang mengumpulkan sampah ini, walau memakan space/tempat untuk menaruhnya sampai ini terlihat cukup banyak dan menumpuk kemudian menghubungi bank sampah tersebut.

Beberapa seller saat ini telah menggunakan packing plastik biodegradable sebagai upaya mengurangi pemakaian plastik sekali pakai. 

Plastik sejenis ini dapat terurai dengan alami dalam waktu relatif cepat, sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan, tetapi sebenarnya tetap membahayakan lautan karena tidak dapat terurai pada suhu lautan dan dalam kondisi lingkungan laut, sehingga kita harus tetap bijak dalam penggunaannya. Kebanyakan seller pakaian menggunakan plastik jenis ini.

Beberapa seller ada juga saat ini yang memberi opsi terhadap packing/pengemasan produk sesuai keinginan konsumen, misalnya mengenakan tambahan biaya untuk packing yang lebih safety dan wilayah yang cukup jauh dari seller. 

Saya biasanya jarang memakai opsi ini walaupun beda pulau dari seller, jika saya rasa cukup aman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun