Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ibu Pekerja atau IRT? Sama-sama Mulia

22 Desember 2021   23:25 Diperbarui: 22 Desember 2021   23:35 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istirahat siang saya selalu seperti terasa singkat, bahkan sering terlupa makan siang. Saya jadi sering hilang fokus, teramat kelelahan dan lebih mudah sensitif di kantor. Pikiran saya terbagi dua antara di kantor dan di rumah, tepatnya definisi fisik di kantor, jiwa dan pikiran melayang ke rumah. 

Benarkah si abang sudah diberi makan oleh si kakak ART? Apakah dia mencuci botol susu si adek baby dengan benar? Apakah dia memberi susu tepat waktu? Apakah dia rutin mengecek popok si baby? 

Begitu banyak pertanyaan di benak saya,bagaimana dengan mengharapkan ada bantuan perhatian keluarga kami untuk sekedar mengecek anak-anak saya? Kami tinggal di kota yang berbeda dengan orang tua dan saudara kandung lainnya.

Tak ayal lagi, saya sudah tidak sanggup menahan beban pikiran itu dan akhirnya sebulan bekerja setelah cuti panjang melahirkan itu, saya pun pamit diri. Bukan keputusan yang mudah, tidak memungkiri, selama seminggu setelah pamit, saya masih merasa sedikit menyesali diri. 

Bagaimana tidak, di saat kamu telah mencapai posisi/jabatan yang baik dengan penghasilan yang hampir setara dengan suamimu kala itu, dan akhirnya itu terlepas. 

Belum lagi perasaan bahwa dunia ini seperti semakin sempit buatmu dan teman-temanmu mulai melupakanmu, pergaulan pun perlahan menghilang. 

Tapi semua itu terhapus dengan senyum kedua anakku. Ketika dia bangun tidur dan mendengarnya memanggil namamu, ketika bayimu mulai mengoceh dan memandangi wajahmu. Terasa tak mudah di awal, tapi mulai berpikir bahwa semua mulai akan berjalan sesuai impianmu. 

Masalah lain, perihal keuangan keluarga, yang tadinya terbiasa dengan gaji berdua, dan kemudian mulai berpikir dengan catatan keuangan untuk lebih berhemat. Masalah lain lagi, keluarga besar dan tetangga dengan stigma 'sudah kuliah tinggi-tinggi dan berprestasi, ujung-ujungnya di rumah juga. Ah, sudahlah....

Menjadi ibu pekerja ataupun full mom (ibu rumah tangga) adalah sama-sama mulia; tergantung tujuan kita. Jika ingin turut membantu mengatasi keuangan keluarga, menjadi ibu pekerja sangatlah baik, dan ada juga mungkin beberapa alasan personal lainnya. 

Tetapi jika tujuan wanita bekerja karena ingin melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu, tetap ingin eksis dalam pergaulan dan takut menjadi kucel, ini yang perlu diperbaiki.

Menurut pengalaman saya, menjadi full mom alias IRT itu sebenarnya lebih 'lelah', fisik dan pikiran. Ketika bekerja, saya sebagai posisi administrasi di kantor, proses kerja sudah tersistem dan kebanyakan bersifat rutinitas, jadi ya lelah fisik, tetapi ketika menjadi IRT, banyak sekali yang harus dipikirkan secara berbeda setiap hari, walaupun mungkin hal-hal kecil, seperti : hari ini harus menyediakan menu apalagi, mengajari anak atau bermain seperti apa agar dia tidak bosan, lebih sulit sebenarnya tetapi entah kenapa bisa menjalaninya dengan lebih puas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun