Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ibu Pekerja atau IRT? Sama-sama Mulia

22 Desember 2021   23:25 Diperbarui: 22 Desember 2021   23:35 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Pribadi : Menyusui setelah melahirkan

Ragukan bahwa bintang berpendar;

Ragukan bahwa matahari bersinar;

Ragukan bahwa yang benar adalah benar;

Namun jangan ragukan cinta (ibu).

-Adaptasi dari W. Shakespears-

Sekitar 5 tahun yang lalu, saya adalah seorang ibu pekerja di sebuah instansi keuangan. Saat itu saya sedang memiliki dua anak laki-laki, yaitu berumur 3 tahun dan seorang bayi yang baru lahir beberapa bulan. Saya mengambil cuti tiga bulan melahirkan. 

Saya tipe ibu yang konvensional, kedua anak saya mendapat ASI eksklusif selama enam bulan dan berlanjut tetap ASI sampai sesaat sebelum usia dua tahun mereka. 

Kala itu, ketika bekerja, di sela-sela jam istirahat kantor, saya selalu menyempatkan memeras ASI di botol dan menaruhnya dalam tas freezer kecil yang selalu saya bawa. Hari-hari pertama setelah selesai cuti melahirkan adalah hari yang berat; meninggalkan dua anak batita dengan seorang Asisten Rumah Tangga.

..mama kemana, kelja ya, cepat pulang ya, dada ma...kata-kata anak sulung saya.

Dia sudah mulai bisa merangkai kata-kata panjang. Saya meneteskan air mata sepanjang perjalanan pagi itu. Ketika jam istirahat kantor, sebelum makan siang, saya selalu meneleponnya, ingin mendengar suaranya, menanyakan kabarnya, apa yang telah dilakukannya. 

Istirahat siang saya selalu seperti terasa singkat, bahkan sering terlupa makan siang. Saya jadi sering hilang fokus, teramat kelelahan dan lebih mudah sensitif di kantor. Pikiran saya terbagi dua antara di kantor dan di rumah, tepatnya definisi fisik di kantor, jiwa dan pikiran melayang ke rumah. 

Benarkah si abang sudah diberi makan oleh si kakak ART? Apakah dia mencuci botol susu si adek baby dengan benar? Apakah dia memberi susu tepat waktu? Apakah dia rutin mengecek popok si baby? 

Begitu banyak pertanyaan di benak saya,bagaimana dengan mengharapkan ada bantuan perhatian keluarga kami untuk sekedar mengecek anak-anak saya? Kami tinggal di kota yang berbeda dengan orang tua dan saudara kandung lainnya.

Tak ayal lagi, saya sudah tidak sanggup menahan beban pikiran itu dan akhirnya sebulan bekerja setelah cuti panjang melahirkan itu, saya pun pamit diri. Bukan keputusan yang mudah, tidak memungkiri, selama seminggu setelah pamit, saya masih merasa sedikit menyesali diri. 

Bagaimana tidak, di saat kamu telah mencapai posisi/jabatan yang baik dengan penghasilan yang hampir setara dengan suamimu kala itu, dan akhirnya itu terlepas. 

Belum lagi perasaan bahwa dunia ini seperti semakin sempit buatmu dan teman-temanmu mulai melupakanmu, pergaulan pun perlahan menghilang. 

Tapi semua itu terhapus dengan senyum kedua anakku. Ketika dia bangun tidur dan mendengarnya memanggil namamu, ketika bayimu mulai mengoceh dan memandangi wajahmu. Terasa tak mudah di awal, tapi mulai berpikir bahwa semua mulai akan berjalan sesuai impianmu. 

Masalah lain, perihal keuangan keluarga, yang tadinya terbiasa dengan gaji berdua, dan kemudian mulai berpikir dengan catatan keuangan untuk lebih berhemat. Masalah lain lagi, keluarga besar dan tetangga dengan stigma 'sudah kuliah tinggi-tinggi dan berprestasi, ujung-ujungnya di rumah juga. Ah, sudahlah....

Menjadi ibu pekerja ataupun full mom (ibu rumah tangga) adalah sama-sama mulia; tergantung tujuan kita. Jika ingin turut membantu mengatasi keuangan keluarga, menjadi ibu pekerja sangatlah baik, dan ada juga mungkin beberapa alasan personal lainnya. 

Tetapi jika tujuan wanita bekerja karena ingin melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu, tetap ingin eksis dalam pergaulan dan takut menjadi kucel, ini yang perlu diperbaiki.

Menurut pengalaman saya, menjadi full mom alias IRT itu sebenarnya lebih 'lelah', fisik dan pikiran. Ketika bekerja, saya sebagai posisi administrasi di kantor, proses kerja sudah tersistem dan kebanyakan bersifat rutinitas, jadi ya lelah fisik, tetapi ketika menjadi IRT, banyak sekali yang harus dipikirkan secara berbeda setiap hari, walaupun mungkin hal-hal kecil, seperti : hari ini harus menyediakan menu apalagi, mengajari anak atau bermain seperti apa agar dia tidak bosan, lebih sulit sebenarnya tetapi entah kenapa bisa menjalaninya dengan lebih puas. 

Beberapa tips untuk ibu-ibu yang sedang dilema antara 'tetap bekerja' atau mau 'full mom':

1. Mulai memprediksi situasi keuangan keluarga dan meyusun kemampuan keuangan sebelum akhirnya memutuskan. Ini perlu adaptasi karena bisa menyangkut pola hidup keluarga. Tetapi jaman sekarang, bekerja pun tidak hanya dari kantoran saja. Mungkin saja bisa mulai melirik kegiatan 'menghasilkan' tanpa harus meninggalkan rumah, misalnya berdagang online, menjual jasa keratif via online dan lainnya.

2. Tetap berpikir positif, bahwa kamu dikelilingi orang-orang baik. Jika ingin terus bekerja, jangan overthinking. Kamu mempercayakan anak dengan ART ataupun daycare, tetap yakinlah bahwa anakmu akan baik-baik saja.

3. Diskusi dengan pasangan hidupmu tentang apa yang kamu khawatirkan dan seperti apa keinginanmu. Ini adalah bagian terpenting. Jika istri dengan bekerja bisa membantu keuangan keluarga dengan mengambil sedikit beban ini dari tugas suamimu, maka suami juga harus bisa berbagi tugas rumah tangga. Tetapi jika pun sebagai IRT saja, suami harus bisa menghargai dan artinya juga bekerja lebih giat lagi untuk keluarganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun