Van der Steur lalu merawat empat anak tersebut di sebuah rumah berdinding bambu. Anak-anak itu memanggil Van der Steur dengan sebutan "Pa", singkatan dari papa.
Sejak saat itu, dia kemudian populer dengan panggilan Pa Van der Steur. Jumlah anak yang diasuh Van der Steur terus bertambah sehingga dia memutuskan mendirikan panti asuhan yang diberi nama Oranje Nassau.
Pada akhir tahun 1907, jumlah anak-anak yang diasuh di Oranje Nassau mencapai 800 orang. Kebanyakan anak itu merupakan anak tentara kolonial hasil pergundikan yang tidak diakui secara sah.
Meski sempat menghadapi sejumlah tantangan, Panti Asuhan Oranje Nassau terus berkembang. Jumlah anak yang tinggal di panti asuhan tersebut pun kian banyak. Berdasarkan data di situs web Yayasan Pa Van der Steur Indonesia, jumlah anak yang diasuh di Oranje Nassau pada 1941 mencapai 1.100 orang.
Namun, saat Jepang datang ke Indonesia pada 1942, Oranje Nassau dilanda kesulitan. Bahkan, Van der Steur sempat dipenjara oleh Jepang. Dia kemudian meninggal pada 16 September 1945.
Setelah itu, pada 1949, anak-anak yang diasuh di Oranje Nassau dipindahkan dari Magelang ke Jakarta. Mereka terpaksa meninggalkan tempat tinggal dimana mereka dibesarkan, tempat tinggal dimana mereka dibesarkan, tempat yang sudah begitu banyak memberi kenangan.
Meski Van der Steur telah meninggal, sosoknya tetap dikenang banyak pihak, termasuk oleh keturunan orang-orang yang dulu pernah tinggal di Oranje Nassau.
Melalui panti asuhan yang didirikannya, Johannes Van der Steur yang telah memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi telah mengasuh ribuan anak telantar, termasuk dari keluarga indo.
Lokasi bangunan-bangunan ini berdekatan, jadi jika teman-teman berada di daerah Matraman bisa berjalan kaki menikmati suasana Jakarta, belajar sejarah dengan mengunjungi bangunan-bangunan peninggalan Kolonial Belanda di Matraman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H