Udara dingin pagi hari menyelimuti tubuhku. Aku menarik selimut, namun alarm yang sebenarnya tak ingin kunyalakan berdering memenuhi kepalaku. Aku mendorong selimut dan bantal yang menumpuk tubuhku dalam balutan piama. Tanganku baru saja ingin membanting alarm itu ke lantai guna menghentikan suaranya, namun aku baru saja ingat bahwa alarm itu adalah handphoneku sendiri. Lantas, karena sudah melek, aku terpaksa untuk mendorong tubuhku sendiri untuk bersiap siap mandi dan berangkat ke sekolah.
Bunyi langkah kakiku bergema di koridor Labschool yang bisaa dikatakan masih kosong. Penghuni-penghuni Labschool pasti masih dalam perjalanan mereka menuju rumah keduanya.
Aku sampai di dipan sebuah pintu kayu cokelat. Aku mendongak ke atas, label kelas 7F terpampang jelas.
Jemariku meraba engsel pintu dan mengayunkannya hingga terbuka. Cahaya yang timbul karena lampu kelas menyeruak masuk ke pandanganku dan memecah lamunanku. Aku tersentak karena tak sadar telah tertidur di ambang pintu.
Teman-temanku yang datang lebih awal dariku -- atau sebut saja "anak anak rajin" menatap heran akan tingkah lakuku. Aku hanya melemparkan senyum canggungku kepada mereka, lalu melangkahkan kakiku memasuki kandang 7F (baca: kelas).
Tanpa kusadari aku baru saja menimbulkan bunyi berdecit ringan. Aku menengok ke bawah, mencari asal suara itu. Sepatuku baru saja menginjak sebuah botol plastik bekas dan aku langsung memperkirakan dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, manusia-manusia yang dapat jadwal piket kemarin hari tidak bekerja atau tidak membersihkan kelas dengan benar. Nah, kalau begitu aku akan mengingatkan benadahara untuk menagih denda.
Kemungkinan kedua, manusia-manusia ini, yang sudah datang lebih dulu dariku baru saja menyampah. Kalau begitu, biar ku ingatkan kalian yang mungkin merasa pernah melakukannya dan diriku sendiri yang barangkali pernah melakukannya. Begini, SEKARANG JAM 6 PAGI DAN KALIAN SUDAH MENYAMPAH? Maaf soal yang tadi, kami benar-benar butuh pencerahan soalnya.
Aku memungutnya dan membuangkan ke tempat sampah yang berada tepat di depan kelas, lalu masuk kembali dan menaruh tasku di atas kursi.
Jam pelajaran dan jam istirahat lewat begitu saja seperti biasanya. Tidak ada hal menarik---kecuali jika jumlah sampah bertembah dikategorikan sebagai hal yang menarik. Ya, maka, ada hal yang menarik.
Jam pulang berdering. Tanda itu adalah isyarat yang sudah khas yang berbunyi: "silahkan pulang" atau mungin sebagian murid yang bandel mengartikannya sebagai : "Silahkan berhamburan keluar kelas".
Baru saja aku ingin pergi menemui kasurku yang terkutuk, aku teringat bahw hari ini adalah hai Jumat. Yep, aku kedapatan jadwal piket hari ini.
Walau tugas seberat apapun akan lebih ringan bila tak dikerjakan, aku tetap memaksa diriku untuk melakukan piket mingguan. Lagi pula, piket itu sebuah kewajiban kalau kataku, bukan tugas.
Aku mengambil sapu dari sudut kelas. Bagus, sepertinya hari ini aku akan piket seorang diri lagi.
Aku menyapu semua sampah yang berserakan di lantai. Mulai dari plastik, kertas, karet, dan lain-lainnya. Nah, untuk uang atau koin yang tergeletak di lantai jelas tidak termaksud dalam kategori "sampah", jadi aku memungutnya ( Untuk ditindak lanjutkan oleh guru, tolong jangan berpikir macam macam tentangku.)
Perlu sekali kukatakan bahwa sampah yang paling sering kutemukan adalah sampah plastik. Sepertinya kita semua butuh hidayah. Kalian perlu tahu bahwa kita semua butuh untuk meminimalisirkan jumlah pengunaan plastik. Selain menambah bobot sampah, platik memerlukan waktu cukup lama untuk teruraui. Jadi, diperlukan kesadaran besar untuk meminimalisirkan jumlah penggunaan plastik.
Nah, aku lagi berharap nih. Semoga, setelah aku menayangkan artikel ini di blogku, aku tidak piket sendirian lagi dan jumlah sampah yang kusapu akan semakin sedikit.
Yeah, aku sepertinya harus segera ke toilet karena ada urusan penting. Sampai jumpa lagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H