Mohon tunggu...
Siti Muawanah
Siti Muawanah Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis di Jakarta, berpraktik di Rumah Sakit dan secara online, anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asertif, Cara Penyelesaian Konflik yang Melegakan

12 Oktober 2020   13:17 Diperbarui: 28 Mei 2021   14:38 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk berlatih komunikasi Asertif:

  • Nyatakan secara faktual apa yang anda tidak sukai. Dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita pada orang lain, kita perlu fokus pada perilaku yang kita harapkan berubah dari orang tersebut. Nyatakan deskripsi perilaku yang telah dilakukan, bukan menggunakan label/sebutan negatif atau kata-kata yang mengandung penilaian/tuduhan. Dalam perilaku asertif, sangat penting untuk tidak berasumsi sendiri mengenai alasan orang lain melakukan suatu hal.

Contoh Situasi: Beberapa kali, suami telat pulang ke rumah tanpa memberitahu terlebih dahulu.

Komunikasi yang kurang tepat: "Kamu kenapa pulang telat terus dan telepon aku gak diangkat? Kamu sengaja ya?"

Komunikasi asertif: "Jam pulang kantor kamu jam 19.00 bukan? Ada apa kamu akhir-akhir ini pulangnya jam 23.00?"

  • Jangan menghakimi atau melebih-lebihkan. Ketika menyatakan apa yang tidak kita sukai dari perilaku orang lain dan saat menjelaskan dampak yang kita rasakan atas perilaku tersebut, kita perlu menghindari kalimat yang melebih-lebihkan/dramatis dan kalimat yang menghakimi. Cukup deskripsi saja.

Baca juga: Menjadi Percaya Diri, Menarik, dan Disukai Banyak Orang dengan Komunikasi Asertif

Contoh

Kurang tepat: "kamu selalu begitu (melebih-lebihkan). Kayaknya emang kamu udah gak peduli lagi sama keluarga ya (menghakimi)"

Asertif: "Beberapa kali ketika pulang telat, kamu gak angkat telpon aku. Si adek nanyain papanya terus, aku juga jadi khawatir".

  • Gunakan body language (gestur tubuh) yang tepat. Tunjukkan sikap percaya diri dan tenang, misalnya dengan menjalin kontak mata saat berbicara, duduk dengan posisi yang nyaman, dan menggunakan nada suara yang jelas dan tenang.
  • Gunakan "I-message" Ungkapkan perasaan dimulai dengan apa yang anda rasakan terhadap perilaku tersebut. Mudahnya, mulai kalimat dengan kata "saya/aku...". Cara ini memungkinkan lawan bicara lebih mudah berempati kepada apa yang terjadi dalam diri kita terkait perilakunya tanpa membuatnya merasa dituduh/disalahkan. Dua kalimat dengan maksud yang sama dapat terasa berbeda. Sebagai contoh, coba rasakan perbedaannya:

"Kamu jangan cuekin telpon aku dong, diangkat teleponnya" versus "Aku lebih merasa tenang kalo kamu angkat telepon aku". 

Beberapa formulasi I-message yang dapat digunakan: 

"Saya merasa ....... saat anda ...." 

"Saya harap ....... " 

"Saya rasanya akan lebih nyaman kalau kamu ...."

  • Cari win-win solution. Tujuan komunikasi asertif ialah menemukan solusi dari masalah/konflik yang sedang terjadi. Diskusikan bersama orang yang bersangkutan mengenai cara yang dapat dilakukan agar masing-masing pihak dapat terpenuhi haknya dengan sesuai. Win-win solution seringkali berupa jalan tengah, dimana masing-masing pihak saling berkompromi dan menyesuaikan harapannya dengan harapan dari pihak lain.

Komunikasi asertif dapat membantu kita untuk menyelesaikan konflik hingga menemukan jalan keluar bersama tanpa memicu munculnya konflik baru. Dengan demikian, sumber stres dalam keseharian kita menjadi berkurang dan kita dapat fokus untuk mengembangkan potensi diri kita.

Mulai saat ini, yuk belajar mengenali gaya komunikasi diri kita sendiri dan berlatih gaya komunikasi yang lebih baik. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Dengan konsisten melakukannya dalam keseharian, kita akan semakin mahir dan terbiasa.

"Masa depan itu tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini." - Mahatma Gandi

Referensi 

APA. (2020). Happy couples: How to keep your relationship healthy.

https://www.apa.org/topics/healthy-relationships

Paterson, Randy J. (2000). The Assertiveness Workbook: How to Express Your Ideas and Stand Up for Yourself at Work and in Relationships. California: New Harbinger Publications,Inc.

Pourjali, F., & Zarnaghash, M. (2010). Relationship between assertiveness and the power of saying no with mental health among undergraduate student. Procedia Social and Behavioral Sciences 9.137-141.

Scott,Elizabeth.(2018). Reduce Stress With Increased Assertiveness |VerywellMind. https://www.verywellmind.com/reduce-stress-with-increased-assertiveness-3144971

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun