Mohon tunggu...
Nanang Zulkarnaen
Nanang Zulkarnaen Mohon Tunggu... Auditor - Alumni Program Doctoral Environmental Geography Nanjing Normal university

bekerja di pemerintah kota Bandung Propinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Silaturahmi Asik Buruan SAE

26 Oktober 2024   17:50 Diperbarui: 27 Oktober 2024   08:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dok pribadi penulis

Silaturahmi asik antar kelompok Buruan SAE berlangsung di Kota Bandung pada kamis (24/10/2024). Acara ini dikemas dengan tagline "SANTOSA".

Acara SANTOSA digagas oleh Dinas Ketahanan  Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. Bidang Ketersediaan Pangan serta Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura mengawal secara rapi keberlangsungan acaranya. Dua bidang di DKPP itu adalah home base bagi penyuluh dan pendamping yang keduanya aktif membina kelompok  Buruan SAE dari waktu ke waktu.

Karena menjadi program unggulan Di DKPP, Buruan SAE juga melibatkan bidang lain atau sub sektor lainnya. Sebut saja sub sektor perikanan dan peternakan. Karena Buruan SAE bukan hanya soal tanam menanam tapi juga budidaya ternak: ikan dan ayam. Dengan delapan aktifitas di dalamnya, Buruan  SAE juga mengupayakan pembibitan mandiri, penanganan sampah organik dan pengolahan hasil panen menjadi bahan makanan lainnya yang siap saji, bermanfaat dan lebih bernilai secara ekonomi.

Bertempat di Sekemala Integrated Farming (Sein Farm) Kecamatan Ujungberung, acara SANTOSA menghadirkan perwakilan dari kelompok Buruan SAE yang tersebar di 151 kelurahan se-Kota Bandung. Hingga saat ini jumlah kelompok buruan SAE mencapai 475 kelompok. Semua wakilnya hadir meramaikan serangkaian acara yang disiapkan panitia. Hal ini tentu saja memberikan kepuasan tersendiri bagi penggagas Buruan SAE: Ir. Gin Gin Ginanjar, M. Eng, yang biasa kami panggil Pak Gin Gin.

Diawal acara SANTOSA, sebagai penggagas Buruan SAE sekaligus kepala DKPP, Pak Gin Gin merasa terharu oleh kelompok Buruan SAE. Bukan hanya soal kedatangannya di acara, tapi juga atas kegigihan dan kesabaran kelompok dalam menjalankan program yang beliau gagas. Hingga kini.

Beliau mengakui kalau Buruan SAE yang semula di gagas sebagai proyek perubahan dalam diklat PKN II di Juni 2020, dapat bertahan sebagai program yang diadopsi masyarakat, bahkan jumlahnya bertambah, semuanya lantaran kelompok mau terus bergerak. Menjalankan programnya. Membuat kaya aktifitas di dalamnya. Konsisten berbudidaya. Dan secara perlahan berupaya mandiri dalam merawat keberlanjutannya.

Sebagai program rintisan yang sudah melampaui waktu hampir empat tahun dan masih terus berjalan serta pernah mendapat penghargaan Milan Pact Award di 2022, Buruan SAE sangat sayang jika harus padam cahayanya atau bahkan hilang pamornya. Demikian kurang lebih yang disampaikan pak Gin Gin untuk menumbuhkan semangat kelompok di pembukaan acara SANTOSA.

"saya sampaikan pada bapak ibu perwakilan kelompok dan secara khusus buat emak emak pengelola Buruan SAE. Karena dengan gerakan yang dilakukan ini Buruan SAE masih bertahan sampai sekarang. Peran kelompok ini diapresiasi oleh masyarakat internasional. Bahkan Filippo , kepala sekretariat Milan Pact dalam banyak kesempatan bertemu selalu tidak lupa kirim salam buat emak emak Buruan SAE.", ucap Pak Gin Gin.

Emak emak buruan sae yang disebut Filippo adalah salah satu contoh nyata bahwa pergerakan dari pelopor buruan sae adalah pelakunya, komunitasnya. Yang perannya sangat sentral.

Gereget Pak Gin Gin atas Buruan sae yang kerap disampaikan beliau, misalnya:
"Kita harus berusaha keras memasifkan Buruan SAE dengan memanfaatkan lahan pekarangan lahan di sekitar permukiman yg ada....ini sangat sesuai dgn arahan, instruksi presiden kepada Kementan RI, kita punya modal, sudah mulai dan ada hasilnya...yuuu smua dukung kita perlihatkan Bandung bisa daulat pangan melalui Buruan SAE". Terungkap dengan semangat penuh di banyak kesempatan termasuk dalam grup whatsapp kantor DKPP.

Di acara SANTOSA Pak Gin Gin membuka dialog dengan mempersilahkan saudara Dadang salah satu dari sekian banyak penggerak Buruan SAE yang baru saja mengadopsi tapi percepatannya dalam ber Buruan SAE melesat jauh.

Dalam dialog, pak Dadang bukan hanya menyampaikan testimoni apa yang sudah dia rasakan manfaatnya ber Buruan SAE, tapi juga memompa semangat kelompok lainnya untuk lebih berdaya dengan Buruan SAE. Ia mendorong kemandirian kelompok dengan cara mendorong meningkatkan sisi ekonominya. Ia bahkan sudah dan akan terus berkeliling mengajak kelompok Buruan SAE untuk menanam dengan pola. Dengan bersandar pada permintaan produk yang marketnya diketahui, Pak Dadang bercita cita agar semua kelompok mampu bahu membahu memenuhi kebutuhan yang ada karena sudah memenuhi pola tanam yang di sarankan.

Lain lagi dengan Bu Anna, dalam dialog perwakilan kelompk Buruan SAE Raflesia 14 ini mengungkap:  "Kelompok Raflesia 14 sudah mandiri karena sudah menjual hasil. Walaupun bukan yang profesional menjadi bisnis tapi setidaknya bisa melanjutkan untuk tanam selanjutnya. Dengan memanfaatkan lahan  terbatas kami juga menyelesaikan sampah dan ketahanan pangan." pungkasnya sambil memperlihatkan hasil panen tanamannya kepada hadirin.

Di acara SANTOSA, lelaki yang berseragam tentara memberi insight lain tentang Buruan SAE. Bapak Martona namanya, ketua kelompok Buruan SAE Mang Oded. Bapak yang berasal dari Sulawesi ini mendapat bisikan untuk menamai Buruan SAE nya dengan label Mang Oded. "Ada bisikan untuk kasih nama Buruan SAE Mang Oded" Katanya.

Memang, diawal pelaksanaan gagasan Buruan SAE oleh Pak Gin Gin, alm Mang Oded yang menjabat Wali Kota Bandung pada waktu itu adalah inspirator buat Pak Gin Gin. Bahkan di halaman pendopo alm Mang Oded pernah mengembangkan Buruan SAE untuk memberi contoh implementasinya.

Kini karena langkah yang konsisten dari Pak Martona, dengan Buruan SAE Mang Oded yang terletak di area Pusenkav Kota Bandung, katanya:"Pusenkav akan mulai bertransformasi selain pusat edukasi militer juga wisata Buruan SAE, untuk edukasi ketahanan pangan, karena lahan pengembangannya yang masih luas". Demikian pungkasnya kurang lebih.

Salink: program hilirisasi Buruan SAE dan silaturahmi asik

Istilah Salink di sampaikan Pak Gin Gin untuk menamai program hilirisasi Buruan SAE. Dalam hal ini pemasaran hasil pangan segar kelompok Buruan SAE.  Melalui program Salink beberapa kelompok sudah memasarkan produknya ke hotel grand Mercure.

Pelaksanaan program Salink didampingi oleh Fisip Universitas Parahyangan dalam kajian sirkular ekonomi Buruan SAE. Hampir setiap pekan antara perwakilan kelompok Buruan SAE dengan petugas khusus dari UNPAR terjadi komunikasi untuk suplay kebutuhan hotel Mercure.  Berikut adalah pesan yang saya capture dari grup whatsapp Salink:
"Berikut order untuk Senin
Brokoli 5 kg @22 ribu / kg
Kembang kol  5 kg @13 ribu / kg
Daun bawang 2kg @ 17 ribu / kg
Kol putih 5 kg @5 ribu / kg
Terimakasih" Demikian biasanya petugas dari UNPAR kalau memastikan pesanan terakhir ke kelompok yang selama ini sudah secara rutin mensuplay di program Salink.

Di acara SANTOSA, penguatan hilirisasi Buruan SAE dikuatkan dengan dialog kelompok dengan Pak Irfan. Ia adalah perwakilan dari pesantren al-Ittifaq Ciwidey sebagai Presiden Direktur Learning Centre Inkubator yang juga menjadi Praktisi suplier pangan segar ke beberapa supermarket modern.

Pak Irfan pada acara SANTOSA, silaturahmi kelompok buruan sae tanggal 24 Oktober 2024, menyoroti transformasi pertanian di Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidey. Awalnya dimulai dari upaya memenuhi kebutuhan pangan santri, kini pesantren telah menjadi pemasok utama berbagai komoditas hortikultura ke berbagai kota besar di Indonesia.

 Cerita pak Irfan ini mengungkap strategi, tantangan, dan dampak dari inisiatif pertanian berkelanjutan yang digagas oleh pesantren.

Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidey telah berhasil mengubah lahan pesantren menjadi pusat produksi pertanian yang produktif. Melalui pendekatan yang inovatif dan semangat gotong royong, pesantren tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan internal, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.

Awalnya, kegiatan pertanian di Al Ittifaq Ciwidey bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan santri. Namun, seiring berjalannya waktu, pesantren melihat potensi yang lebih besar dari sektor pertanian. Dengan dukungan dari para santri dan masyarakat sekitar, berbagai komoditas seperti stroberi, jeruk dekopon, wortel Kuroda, dan berbagai sayuran lainnya berhasil dibudidayakan.

"Tujuan orang kampung: selain banyak uang gimana caranya bisa naik haji," ujar Pak Irfan, menggambarkan motivasi kuat masyarakat sekitar untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pertanian. Semangat ini mendorong mereka untuk terus berinovasi dan mengembangkan teknik budidaya yang lebih efisien.

Strategi Pertanian Berkelanjutan di pesantren Al-Ittifaq:
1. Koperasi Pontren:
Pembentukan koperasi pontren menjadi kunci dalam mengatur pola tanam dan pemasaran hasil pertanian.
2. Diversifikasi Komoditas:
Dari awalnya hanya 4 komoditas, kini pesantren telah mampu memproduksi lebih dari 68 komoditas.
3. Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan: Pesantren mengutamakan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pestisida kimia.
4. Pengembangan Media Tanam:
Bekas sayuran dimanfaatkan sebagai media tanam baru melalui proses fermentasi.

Inisiatif pertanian di Al Ittifaq Ciwidey telah memberikan dampak positif yang signifikan, antara lain:

A. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat:
Petani di sekitar pesantren mengalami peningkatan pendapatan.
B. Menjaga kelestarian lingkungan:
Penggunaan pupuk organik dan teknik budidaya yang ramah lingkungan membantu menjaga kualitas tanah dan air.
C. Menyediakan pasokan pangan segar:
 Produk pertanian dari Al Ittifaq Ciwidey telah dipasok ke berbagai kota besar di Indonesia.

Namun, tantangan tetap ada, seperti fluktuasi harga pasar dan persaingan dengan produk impor. Satu yang lebih menarik dari cerita Pak Irfan ialah pada saat al-Ittifaq mengikuti car free day  dimana harga sayuran yang dia jual bisa lebih tinggi hanya karena kepada konsumen ia menceritakan latar belakang dari mana dan bagaimana pangan yang ia jual itu berasal. Dan konsumen mau membayar lebih dari cerita yang ia sampaikan. Nilai hasil pertanian meningkat melampaui harga sebenarnya dengan "kemasan cerita" atas dedikasi para pelakunya. 

Kisah sukses pertanian di Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidey menginspirasi kita semua. Melalui semangat gotong royong, inovasi, dan komitmen terhadap pertanian berkelanjutan, pesantren telah membuktikan bahwa pertanian dapat menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Kalau begitu, kelompok Buruan SAE juga pasti bisa. []Bandung 26 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun