Di acara SANTOSA Pak Gin Gin membuka dialog dengan mempersilahkan saudara Dadang salah satu dari sekian banyak penggerak Buruan SAE yang baru saja mengadopsi tapi percepatannya dalam ber Buruan SAE melesat jauh.
Dalam dialog, pak Dadang bukan hanya menyampaikan testimoni apa yang sudah dia rasakan manfaatnya ber Buruan SAE, tapi juga memompa semangat kelompok lainnya untuk lebih berdaya dengan Buruan SAE. Ia mendorong kemandirian kelompok dengan cara mendorong meningkatkan sisi ekonominya. Ia bahkan sudah dan akan terus berkeliling mengajak kelompok Buruan SAE untuk menanam dengan pola. Dengan bersandar pada permintaan produk yang marketnya diketahui, Pak Dadang bercita cita agar semua kelompok mampu bahu membahu memenuhi kebutuhan yang ada karena sudah memenuhi pola tanam yang di sarankan.
Lain lagi dengan Bu Anna, dalam dialog perwakilan kelompk Buruan SAE Raflesia 14 ini mengungkap:  "Kelompok Raflesia 14 sudah mandiri karena sudah menjual hasil. Walaupun bukan yang profesional menjadi bisnis tapi setidaknya bisa melanjutkan untuk tanam selanjutnya. Dengan memanfaatkan lahan  terbatas kami juga menyelesaikan sampah dan ketahanan pangan." pungkasnya sambil memperlihatkan hasil panen tanamannya kepada hadirin.
Di acara SANTOSA, lelaki yang berseragam tentara memberi insight lain tentang Buruan SAE. Bapak Martona namanya, ketua kelompok Buruan SAE Mang Oded. Bapak yang berasal dari Sulawesi ini mendapat bisikan untuk menamai Buruan SAE nya dengan label Mang Oded. "Ada bisikan untuk kasih nama Buruan SAE Mang Oded" Katanya.
Memang, diawal pelaksanaan gagasan Buruan SAE oleh Pak Gin Gin, alm Mang Oded yang menjabat Wali Kota Bandung pada waktu itu adalah inspirator buat Pak Gin Gin. Bahkan di halaman pendopo alm Mang Oded pernah mengembangkan Buruan SAE untuk memberi contoh implementasinya.
Kini karena langkah yang konsisten dari Pak Martona, dengan Buruan SAE Mang Oded yang terletak di area Pusenkav Kota Bandung, katanya:"Pusenkav akan mulai bertransformasi selain pusat edukasi militer juga wisata Buruan SAE, untuk edukasi ketahanan pangan, karena lahan pengembangannya yang masih luas". Demikian pungkasnya kurang lebih.
Salink: program hilirisasi Buruan SAE dan silaturahmi asik
Istilah Salink di sampaikan Pak Gin Gin untuk menamai program hilirisasi Buruan SAE. Dalam hal ini pemasaran hasil pangan segar kelompok Buruan SAE. Â Melalui program Salink beberapa kelompok sudah memasarkan produknya ke hotel grand Mercure.
Pelaksanaan program Salink didampingi oleh Fisip Universitas Parahyangan dalam kajian sirkular ekonomi Buruan SAE. Hampir setiap pekan antara perwakilan kelompok Buruan SAE dengan petugas khusus dari UNPAR terjadi komunikasi untuk suplay kebutuhan hotel Mercure. Â Berikut adalah pesan yang saya capture dari grup whatsapp Salink:
"Berikut order untuk Senin
Brokoli 5 kg @22 ribu / kg
Kembang kol  5 kg @13 ribu / kg
Daun bawang 2kg @ 17 ribu / kg
Kol putih 5 kg @5 ribu / kg
Terimakasih" Demikian biasanya petugas dari UNPAR kalau memastikan pesanan terakhir ke kelompok yang selama ini sudah secara rutin mensuplay di program Salink.
Di acara SANTOSA, penguatan hilirisasi Buruan SAE dikuatkan dengan dialog kelompok dengan Pak Irfan. Ia adalah perwakilan dari pesantren al-Ittifaq Ciwidey sebagai Presiden Direktur Learning Centre Inkubator yang juga menjadi Praktisi suplier pangan segar ke beberapa supermarket modern.
Pak Irfan pada acara SANTOSA, silaturahmi kelompok buruan sae tanggal 24 Oktober 2024, menyoroti transformasi pertanian di Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidey. Awalnya dimulai dari upaya memenuhi kebutuhan pangan santri, kini pesantren telah menjadi pemasok utama berbagai komoditas hortikultura ke berbagai kota besar di Indonesia.