Mohon tunggu...
nanang musafa
nanang musafa Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru Bloger

Telah menjuarai beberapa lomba menulis di tingkat kabupaten Trenggalek maupun provinsi Jawa Timur. Prestasi terbarunya, Juara I Guru Berprestasi Tingkat Madrasah Tsanawiyah Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek (2023). Karya tulisnya berupa artikel dan cerpen telah dimuat di berbagai media massa cetak. Telah menerbitkan beberapa buku solo dan buku antologi bersama para penggerak literasi nusantara di bawah bendera QLC Trenggalek, Guru Bloger Indonesia, YPTD Jakarta, dan Guru Penggerak Indonesia. Buku solo yang terbit di tahun 2023 berjudul “Menulis Hal Berbau remeh-Temeh” dan "Apa Kabar Sahabat Guru?". Karya tulisnya yang lain bisa dibaca di blog YPTD Jakarta https://terbitkanbukugratis.id/ atau di www.kampus215.blogspot.com. Bagi yang ingin berkawan bisa melalui e-mail nanangmusafa215@gmail.com. Nomor WhatsApp 082228928897. Akun Facebook Nanang M. Safa. Instagram nanangm. Safa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diklat Publikasi Ilmiah bagi Guru

5 Februari 2023   21:24 Diperbarui: 5 Februari 2023   21:41 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

DIKLAT PUBLIKASI ILMIAH BAGI GURU

ANTARA TUNTUTAN DAN KEBUTUHAN

Oleh: Nanang M. Safa

 

Menghasilkan publikasi ilmiah adalah salah satu tuntuan bagi seseorang yang berprofesi sebagai guru. Sebagaimana dinyatakan dalam Permen PAN-RB  Nomor 16 Tahun 2009. Pada BAB VII pasal 16  jelas dinyatakan bahwa untuk kenaikan pangkat dan golongan bagi guru dari III/a sampai ke IV/e, guru disyaratkan memiliki karya tulis ilmiah, termasuk dalam bentuk buku. Namun kenyataannya, sedikit sekali guru yang dapat menghasilkan publikasi ilmiah yang bisa memenuhi ketentuan Permen PAN-RB tersebut. Hal ini tentu saja dapat merugikan guru itu sendiri maupun lembaga pendidikan tempat di mana dia ditugaskan.

Seperti pernah dikemukakan Sulistiyo, mantan ketua PGRI bahwa ada sekitar 800.000 guru yang stagnan di IV/a karena tidak bisa membuat karya tulis ilmiah. Di SD, sebanyak 30,4 persen guru terhenti di golongan IV/a. Di SMP, guru golongan IV/a sebanyak 28,3 persen. Hanya sedikit yang bisa ke golongan IV/b ke atas, bahkan tidak ada guru SD dan SMP yang bisa ke IV/e (Kompas, 6/11/2014).

 

Sejalan dengan Program Literasi Sekolah

Gong literasi telah ditabuh. Pemerintah sepertinya tidak ingin tertinggal lebih jauh lagi dengan negara tetangga. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama kini sedang menggalakkan literasi bagi peserta didik dan tenaga pendidik.

Literasi terutama berkaitan langsung dengan kegiatan membaca dan menghasilkan karya tulis. Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Membaca adalah gerbang pengetahuan. Tentu semua sudah maklum bahwa siapapun yang malas membaca maka akan sempit pengetahuan. 

Orang yang sempit pengetahuan tentu juga akan miskin inovasi. Menghasilkan karya tulis menjadi bukti otentik bagi bangsa yang suka membaca. Karya tulis yang dipublikasikan di media massa, baik cetak maupun elektronik menjadi bukti nyata bahwa bangsa tersebut memang bangsa yang cinta ilmu pengetahuan dan memiliki peradaban yang maju. Sebesar apapun suatu bangsa jika tidak diabadikan dalam karya tulis maka dalam kurun tidak lama bangsa tersebut akan terhapus dari sejarah dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun