Sebagai seorang guru di era modern sekarang ini, bekerja secara individual saja tidak cukup menjamin keberhasilan proses belajar. Berkolaborasi menjadi satu bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam memaksimalkan hasil belajar. Belajar di era sekarang tidak serta merta masuk kelas, kemudian menjejali siswa dengan segepok teori selama dua atau tiga jam penuh. Serta memaksa siswa untuk selalu mendengarkan dan mengikuti semua intruksi guru.
Zaman sudah berkembang, berbagai bentuk tantangan sosial juga berkembang. Begitu juga peran guru selalu berkembang menyesuaikan kebutuhan luaran dalam proses menyeibangkan kebutuhan sosial. Guru tidak cukup hanya pintar adu silat, tetapi juga harus bisa nari balet, bisa tari latar, bisa jadi aktor, bahkan aktris, bisa menjadi intelegen, bahkan menjadi apapun yang dibutuhkan siswa. Barangkali begitu gambaran guru di zaman modern saat ini.Â
Meminjam ungkapan Nicholas A. Ferroni, guru adalah satu-satunya orang yang kehilangan tidur karena anak orang lain. Ungkapan ini sangat selaras dengan situasi yang terjadi selama ini. Jika pekerja pabrik pulang bisa istirahat, tidur dan menikmati momen dengan keluarga, seorang guru pulang justru dihabiskan untuk mengoreksi jawaban siswa, mengecek website siswa, mematangkan materi untuk esok hari dan lainnya. Itulah yang hemat saya sebagai penghibur hati seninya seorang guru.
Lebih luas juga harus memikirkan kebutuhan jiwa dan raga siswa, apa yang dirasakan siswa, apa yang dibutuhkan siswa, apa yang menjadi kendala siswa dalam belajar guru harus bisa memfasilitasi (minimal) menuntun mereka menemukan jalannya sendiri. Inilah kompleksitas peran dan tanggung jawab guru, lebih dari seorang orang tua kedua. Beragam teori, model, bahkan apapun itu istilah baru saat ini bermunculan sebagai bagian langkah dalam mengembangkan kompetensi guru dalam menyiapkan luaran produk anak generasi yang sesuai kebutuhan.
'Merdeka Belajar' itulah salah satu suara yang saat ini tengah diagung-agungkan sebagai satu indikator tujuan belajar nasional. Entahlan, darimana istilah itu datang, apakah dari permenungan refleksi bahwa kesadaran itu muncul bahwa belajar kita sejauh ini belum merdeka.
Beragam pelatihan, seminar, webinar, bahkan gerakan-gerakan dengan label 'merdeka belajar' bermunculan. Salah satunya guru penggerak, salah satu wadah pendorong dalam mensukseskan merdeka belajar. Penulis tidak ingin fokus pada bentuk organisasinya, tetapi fokus pada salah satu materi di dalanya.Â
Jika ditelaah dengan seksama, kemunculan gerakan ini tentu perlu disambut dengan baik, sebagai bukti bahwa kita tidak terlena atas perkembangan zaman. Secara umum Pendidikan kita tengah membangun jarring kolaborasi dari berbagai elemen guna menguatkan menuju tujuan Pendidikan kita yang bermartabat.
/1/
Pertama, Coaching, sebuah kompetensi bimbingan yang di dalami di modul 2.3 guru penggerak. Barangkali istilah ini bagi para pakar psikologi sudah tidak menjadi hal baru. Tetapi di dalam dunia pendidikan secara umum masih menjadi hal baru, sebab yang beredar sejauh ini hanyalah konseling, training, mentoring dan consulting. Coaching menjadi satu ilmu kolaborasi baru yang menarik untuk dijadikan modal guru dalam proses pembelajaran.Â