Mohon tunggu...
Nanang Sumanang
Nanang Sumanang Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Indonesia Davao-Filipina

Saya Lulusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Logoterapi, Seven Daffodils, dan Lir-ilir

25 Februari 2024   22:10 Diperbarui: 25 April 2024   13:19 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah PD II berakhir dan semua tahanan kamp konsentrasi dibebaskan, Frankl kembali ke wina menjadi Kepala Neurologi dan psikiatri di rumah sakit, serta menjadi dosen di Vienna Medical School. Pengalaman hidupnya selama di kamp konsentrasi di sebarkan lewat berbagai tulisan dan menjadi dosen tamu di berbagi universitas, kemudian dikembangkan menjadi Logoterapi yang sangat dikenal.

Yang menarik sekali adalah dalam teori logoterapi bahwa penggerak utama adalah bergerak untuk mencari makna hidup yang sangat spiritualis dan humanis. Berbeda dengan Freud bahwa penggerak utama manusia adalah untuk mencapai kesenangan (pleasure principle), berbeda juga dengan Adler yang mengatakan bahwa penggerak utama manusia adalah mencari kekuasaan (will to power) dimana semua kegiatan manusia dipusatkan untuk mencapai keunggulan (striving for superiority).

Secara sederhana Chaplin mengartikan logoterapi sebagai satu bentuk psikoterapi eksistensial, didasarkan atas analisa arti dari eksistensi seseorang. mengatakan logoterapi berasal kata, yaitu "logo" dari bahasa Yunani "logos" yang berarti makna dan juga rohani. Kata "terapi" berasal dari bahasa Inggris "theraphy" yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi kata "logoterapi" artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.

Logoterapi melihat manusia secara utuh, tidak terpecah menjadi jiwa dan raga. Dimensi rohani menjadi sangat penting dan menjadi sumber kekuatan manusia untuk hasrat hidup bermakna, mendengarkan nurani, kreatifitas, rasa humor dan sebagainya dalam kesehatan mental manusia. Semua terpusat pada manusia itu sendiri. Kerohanian menurut Frankl tidaklah sama dengan agama, bahkan Frank menyatakan logoterapi adalah bersifat sekuler. Dasar logoterapi adalah; Hidup harus terus bermakna dalam situasi apapun. Manusia harus berusaha untuk mendapatkan hidup yang bermakna. Kebebasan memilih untuk hidup bermakna dan mendapatkan makna hidup.

Lagu Seven Daffodils juga bercerita tentang eksistensi manusia, yang menceritakan bahwa walau bagaimanapun keadaan kita, termasuk yang tidak mempunyai apa-apa, tapi kita harus bisa memberikan harapan, kebahagiaan, keberuntungan bagi alam sekitar kita. "Boleh jadi saya tidak mempunyai rumah bagus, tidak punya tanah. Tidak punya uang walau sepeserpun di tangan, tapi saya dapat menunjukan kepada kamu pagi hari yang indah di atas ribuan bukit, mencintaimu dan memberikan tujuh tangkai bunga Daffodil..." Demikian cuplikan lagu dari Seven Daffodils yang saya kutip di awal tulisan ini.

Dalam berbagai negara, bunga Daffodil yang tumbuh pada sekitar bulan Maret, melambangkan harapan baru, keberuntungan, kebahagiaan, dan juga kasih saying.

Ilir-ilir yang diciptakan oleh kanjeng Sunan Kalijaga juga bersifat eksistensialisme, dimana manusia menjadi pusat hubungannya dengan alam sekitarnya. Kebebasan memberi makna terhadap sesuatu agar hidup kita bermakna kepada orang lain memungkinkan kita untuk memberi makna kepada Lir-ilir sesuai dengan konteks kekinian d Indonesia.

Lagu ini dimulai dengan membangunkan manusia dari tidur lelap panjang. Dibangunkan untuk sadar dirinya siapa dan untuk apa keberadaan kita di dunia ini.

Tema sentral lagu ini adalah tentang bocah angon, ya, kita manusia dalam status apapun dan situasi apapun, yang memang mempunyai tugas untuk mengangon diri kita sendiri dan alam sekitarnya (kullukum rooin). Bocah angon dituntut mempunyai spiritual yang tinggi, dimana dia tidak mementingkan diri sendiri, tapi lebih pada kepentingan bersama. Kita dituntut untuk memaknai hidup kita dengan cara memanjat pohon blimbing, lambang rukun Islam. Kita panjat rukun Islam yang lima dimana semua syariatnya harus berawal dari Tauhid, dan berujung kepada kemaslahatan umat. Atau kita ingin mengartikan sebagai Pancasila, maka gunakanlah spirit Ketuhanan yang Maha Esa untuk mendapatkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu.

Kanjeng Sunan telah mengingatkan kita bahwa sekalipun hidup itu banyak tantangan, maka kita wajib memanjat pohon blimbing itu sekalipun licin, agar kita bisa membasuh (dalam artian membersihkan, memperbaiki pakaian-pakaian agar lebih baik lag) bisa berbentuk; Negara, masyarakat, pribadi, keluarga, kemanusiaan dan semua yang berhubungan dengan kita (manusia) agar menjadi lebih baik lagi. Pengamalan rukun Islam, dan Pancasila sangat penting untuk kita laksanakan, karena sesungguhnya pakaian kita; Negara, bangsa, masyarakat, kemanusiaan, keluarga harus terus diperbaiki, mumpung masih ada waktu.

Logoterapi, Seven Daffodils,  maupun Lir-ilir telah mengingatkan kita kembali agar keberadaan kita (eksistensi), manusia sebagai pusat yang memiliki kesadaran untuk menjalani relasi-relasi dengan dunia luar dengan baik, agar bisa memberi makna bagi keberadaan kita di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun