Mohon tunggu...
Nanang Sumanang
Nanang Sumanang Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Indonesia Davao-Filipina

Saya Lulusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Logoterapi, Seven Daffodils, dan Lir-ilir

25 Februari 2024   22:10 Diperbarui: 25 April 2024   13:19 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daffodils Flower, Almanac.com

"I may not have a mansion, I haven't any land, not even paper a dollar, to crinkle in my hands, but I can show you morning on a thousand hills, and kiss you and give you seven daffodils...."
                                                                                                 Seven Daffodils, Four Brothers

Minggu pagi ini, setelah bantu beres-beres rumah dan membersihkan dua kipas angin yang kotor, saya mencoba membaca kembali Logoterapinya Victor Emil Frankl yang dikirim oleh guru saya, seorang wartawan senior yang baik hati, ditemani secangkir kopi pahit, dan lagu-lagu lama dari Four Brotherst. Pas Ketika lagu Seven Daffodils , tiba-tiba masuk lagu Lir-Ilir di salah satu group whatsapp dari seorang teman lama.

Tiba-tiba pikiran ini jadi melayang, ada dorongan yang sangat kuat untuk mempertanyakan kembali hakekat manusia; asal, keberadaan, dan tujuan manusia berada di dunia ini. Pertanyaan ini menjadi sangat penting dalam situasi Indonesia saat ini yang baru saja terjadi pemilu, dimana berita kecurangan dan ketidak-adilan pemilu berseliweran dalam sosial media, ditingkahi dengan euphoria kegembiraan dari pemenang pemilu berdasarkan hasil quick count. Masyarakat terbelah menjadi pemuja dan pembenci. Informasi mahalnya harga beras, sehingga ibu-ibu rela mengantri untuk mendapatkan beras 5 kilograman dengan harga murah, ditambah lagi berita-berita tentang ekonomi, pendidikan, ketenaga-kerjaan dan sebagainya yang sampai sekarang belum menemukan titik terang menjadikan perenungan keberadaan dan kebermaknaan kita sebagai manusia menjadi keharusan. Pikiranpun melayang mengingat kembali para pemikir bijak sejak jaman dahulu hingga kini, baik di Barat maupun di Timur, ajaran agama-agama serta keraifan local suku-suku bangsa yang mencoba menjawab asal, keberadaan dan tujuan hidup kita sebagai manusia. Keberadaan (eksistensi) dan kebermaknaan (meaning) kita berhubungan dengan sekitarnya, barangkali bisa "membahagiakan" kita dalam situasi sekarang ini.

Satu kata beribu-ribu makna kata Rumi, supaya pemahaman tidak kabur maka kamus menjadi penting dalam hal ini. Eksistensi berasal dari bahasa Latin Exisitere, Ex berarti "keluar" dan sistere yang berarti "tampil, muncul", sederhananya bisa diartikan sebagai "Apa yang ada" atau "Apa yang memiliki aktualitas", segala sesuatu yang dialami" dan  "esse" kesempurnaan (Lorens Bagus:2000). Heideggard mengartikan eksistensi sebagai "Das wesen des daseins liegh in seiner Existenz" adanya kesadaran manusia dengan tempat dan keberadaannya.

Sebagai sebuah aliran filsafat, eksistensialisme lahir sebagai antitesa dari filsafat "kahyangan", dimana alam ide dan rasio (esensi) telah membuat manusia menderita sebagai manusia yang ada yang dinafikan keberadaannya dengan dunianya. Hal ini diperparah lagi dengan adanya Perang Dunia (PD) yang telah meluluh-lantakan tatanan di dunia Barat, dan menghancurkan keyakinan banyak manusia, bahwa kemajuan teknologi dan peradaban akan mendatangkan kebahagiaan bagi manusia. Aliran ini tidak berdiri sendiri, tapi juga dipengaruhi oleh fenomonologi Hussrel dan filsafat kehidupan Bergson. Eksistensialisme banyak mempunyai pemikir-pemikir hebat; Heidegger, Kierkegaard, Sarte, Jaspers, Marcel dan sebagainya. Persamaan dari pemikira para tokohnya adalah Eksistensialisme itu; fokus pada cara manusia berada, eksistensi harus diartikan secara dinamis dan aktif (manusia adalah mystere kata Marcel), terbuka terikat pada dunia sekitarnya, dan pada pengalaman yang kongkrit.  Secara sederhana adalah cara manusia berada di dalam dunia. Eksistensialisme teistik dipelopori oleh Kierkegaard, sementara yang ateistik dipelopori oleh Nietzsche. Dalam perkembangannya yang sangat pesat, terutama setelah PD II, eksistensialisme mempengaruhi perjalanan Psikoanalisa Eropa secara luas.

Victor Emil Frankl merupakan bagian dari sejarah perjalan psikonoanalisa yang diperngaruhi oleh filsafat eksistensialisme (C.P.Chaplin:1995). Britannica menulisanya sebagai "third school of Viennese psychotherapy", setelah psikoanalisa Sigmund Freud dan psikologi individual Alfred Alder. Dilahirkan dari keluarga Yahudi menengah di Austria (1905), memberikan kesempatan kepada Frankl untuk belajar spiritual, terutama tentang makna hidup dan bisa bersekolah hingga Universitas. 

Mendapatkan gelar dokternya pada tahun 1930, Ph.D-nya pada tahun 1949 pada Vienna University. Frankl mengajar dan menjadi guru besar dalam bidang neurologi dan psikiatri di Fak, Kedokteran, dan juga sebagai guru besar pada bidang Logoterapi di US Internasional University. Karena kecerdasannya, Frankl mendapatkan Doktor Honoriskausa dari 120 universitas di dunia, dan menjadi dosen tamu pada universitas-universitas ternama seperti Harvard, Loyola University, dan beberapa universitas lainnya di dunia..

Penajaman spiritualnya terjadi ketika Frank dan keluarganya dijebloskan ke kamp konsentrasi (1942-1945) di Theresienstadt. Frankl mengalami sendiri penyiksaan-penyiksaan yang sangat kejam terhadap dirinya juga kamp-kamp konsentrasi lainnya seperti Auscwitch, Dachau, Treblinka dll. Orang-orang yang sangat dicintainyapun mati dibunuh di dalam Kamp. Frankl juga melihat dengan mata kepala sendiri para tahanan Yahudi disiksa, diteror secara bengis (dehumanisasi), dibunuh secara kejam karena ada program pemusnahan massal oleh Hitler.  Banyak tahanan yang putus asa, apatis, tidak mempunyai semangat hidup lagi sehingga mereka bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya. Di sisi-lain, Frankl juga melihat ada beberapa tahanan, termasuk dirinya dalam keadaan yang sangat mencekam dan menyedihkan berusaha berbagi kepada tahanan lainnya untuk membangkitkan semangat hidup. Frankl dengan teman-teman yang lain yang masih mempunyai semangat hidup berusaha memberikan pengobatan dan dan support psikologis kepada tahanan lain. Membangkitkan harapan-harapan tentang kebebasan, kemerdekaan dan kebahagiaan.

Frankl melihat dari teman-temannya yang tabah itu karena berhasil mengembangkan dalam diri tentang harapan-harapan yang baik dan berharap adanya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan. Mereka berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari pengalaman pahit mereka dalam kamp-kamp konsentrasi (Meaning in suffering).  

Dari kamp konsentrasi tersebut Frankl banyak belajar tentang makna hidup dan makna penderitaan. Lalu iapun membuat kelompok-kelompok psikoterapi guna membantu tahanan yang lain agar bangkit semangat untuk hidup, mengatasi frustasi dan memberikan konseling agar tidak ada keinginan untuk bunuh diri. Pengalaman di dalam kamp konsentrasi ini memperkaya teoriti dan praktek psikiatrinya kemudian.

Setelah PD II berakhir dan semua tahanan kamp konsentrasi dibebaskan, Frankl kembali ke wina menjadi Kepala Neurologi dan psikiatri di rumah sakit, serta menjadi dosen di Vienna Medical School. Pengalaman hidupnya selama di kamp konsentrasi di sebarkan lewat berbagai tulisan dan menjadi dosen tamu di berbagi universitas, kemudian dikembangkan menjadi Logoterapi yang sangat dikenal.

Yang menarik sekali adalah dalam teori logoterapi bahwa penggerak utama adalah bergerak untuk mencari makna hidup yang sangat spiritualis dan humanis. Berbeda dengan Freud bahwa penggerak utama manusia adalah untuk mencapai kesenangan (pleasure principle), berbeda juga dengan Adler yang mengatakan bahwa penggerak utama manusia adalah mencari kekuasaan (will to power) dimana semua kegiatan manusia dipusatkan untuk mencapai keunggulan (striving for superiority).

Secara sederhana Chaplin mengartikan logoterapi sebagai satu bentuk psikoterapi eksistensial, didasarkan atas analisa arti dari eksistensi seseorang. mengatakan logoterapi berasal kata, yaitu "logo" dari bahasa Yunani "logos" yang berarti makna dan juga rohani. Kata "terapi" berasal dari bahasa Inggris "theraphy" yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi kata "logoterapi" artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.

Logoterapi melihat manusia secara utuh, tidak terpecah menjadi jiwa dan raga. Dimensi rohani menjadi sangat penting dan menjadi sumber kekuatan manusia untuk hasrat hidup bermakna, mendengarkan nurani, kreatifitas, rasa humor dan sebagainya dalam kesehatan mental manusia. Semua terpusat pada manusia itu sendiri. Kerohanian menurut Frankl tidaklah sama dengan agama, bahkan Frank menyatakan logoterapi adalah bersifat sekuler. Dasar logoterapi adalah; Hidup harus terus bermakna dalam situasi apapun. Manusia harus berusaha untuk mendapatkan hidup yang bermakna. Kebebasan memilih untuk hidup bermakna dan mendapatkan makna hidup.

Lagu Seven Daffodils juga bercerita tentang eksistensi manusia, yang menceritakan bahwa walau bagaimanapun keadaan kita, termasuk yang tidak mempunyai apa-apa, tapi kita harus bisa memberikan harapan, kebahagiaan, keberuntungan bagi alam sekitar kita. "Boleh jadi saya tidak mempunyai rumah bagus, tidak punya tanah. Tidak punya uang walau sepeserpun di tangan, tapi saya dapat menunjukan kepada kamu pagi hari yang indah di atas ribuan bukit, mencintaimu dan memberikan tujuh tangkai bunga Daffodil..." Demikian cuplikan lagu dari Seven Daffodils yang saya kutip di awal tulisan ini.

Dalam berbagai negara, bunga Daffodil yang tumbuh pada sekitar bulan Maret, melambangkan harapan baru, keberuntungan, kebahagiaan, dan juga kasih saying.

Ilir-ilir yang diciptakan oleh kanjeng Sunan Kalijaga juga bersifat eksistensialisme, dimana manusia menjadi pusat hubungannya dengan alam sekitarnya. Kebebasan memberi makna terhadap sesuatu agar hidup kita bermakna kepada orang lain memungkinkan kita untuk memberi makna kepada Lir-ilir sesuai dengan konteks kekinian d Indonesia.

Lagu ini dimulai dengan membangunkan manusia dari tidur lelap panjang. Dibangunkan untuk sadar dirinya siapa dan untuk apa keberadaan kita di dunia ini.

Tema sentral lagu ini adalah tentang bocah angon, ya, kita manusia dalam status apapun dan situasi apapun, yang memang mempunyai tugas untuk mengangon diri kita sendiri dan alam sekitarnya (kullukum rooin). Bocah angon dituntut mempunyai spiritual yang tinggi, dimana dia tidak mementingkan diri sendiri, tapi lebih pada kepentingan bersama. Kita dituntut untuk memaknai hidup kita dengan cara memanjat pohon blimbing, lambang rukun Islam. Kita panjat rukun Islam yang lima dimana semua syariatnya harus berawal dari Tauhid, dan berujung kepada kemaslahatan umat. Atau kita ingin mengartikan sebagai Pancasila, maka gunakanlah spirit Ketuhanan yang Maha Esa untuk mendapatkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu.

Kanjeng Sunan telah mengingatkan kita bahwa sekalipun hidup itu banyak tantangan, maka kita wajib memanjat pohon blimbing itu sekalipun licin, agar kita bisa membasuh (dalam artian membersihkan, memperbaiki pakaian-pakaian agar lebih baik lag) bisa berbentuk; Negara, masyarakat, pribadi, keluarga, kemanusiaan dan semua yang berhubungan dengan kita (manusia) agar menjadi lebih baik lagi. Pengamalan rukun Islam, dan Pancasila sangat penting untuk kita laksanakan, karena sesungguhnya pakaian kita; Negara, bangsa, masyarakat, kemanusiaan, keluarga harus terus diperbaiki, mumpung masih ada waktu.

Logoterapi, Seven Daffodils,  maupun Lir-ilir telah mengingatkan kita kembali agar keberadaan kita (eksistensi), manusia sebagai pusat yang memiliki kesadaran untuk menjalani relasi-relasi dengan dunia luar dengan baik, agar bisa memberi makna bagi keberadaan kita di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun