Mohon tunggu...
Nanang Sumanang
Nanang Sumanang Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Indonesia Davao-Filipina

Saya Lulusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Usaha Kita Hanya Mempertegas Garis Takdir

3 September 2023   15:17 Diperbarui: 3 September 2023   15:21 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 "Ojo Kagetan, ojo gumunan, lan ojo dumeh"

                                                                                   Pepatah Jawa

Pepatah Jawa di atas, dulu, sering kali diucapkan oleh presiden Soeharto dalam banyak kesempatan. Orang tua-orang tua dulu juga sering menasehatkan anak-anaknya dengan pepatah di atas yang secara bahasa berarti "Jangan gampang kaget, jangan gampang terpesona, dan jangan gampang menjadi sombong". Biasanya nasehat ini diberikan kepada anaknya yang akan pergi merantau bekerja ataupun bersekolah. Nasehat ini diberikan sebagai pegangan sakti seorang anak dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada anak tersebut, lingkungan ataupun menemukan sesuatu yang baru.

Pepatah Jawa ini kemudian menjadi sangat relevan dengan banyak perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam perpolitikan di tanah air, bahkan tidak terdeteksi sama sekali. Tiba-tiba saja Anies Baswedan mendeklarasikan Muhaimin Iskandar, cak Imin yang lebih dikenal, menjadi bacawapresnya. Deklarasi yang membuat peta politik di tanah air berubah dengan cepat, mendatangkan reaksi yang pro maupun yang kontra.

Pepatah Jawa ini kemudian menjadi sangat relevan dengan banyak perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam perpolitikan di tanah air, bahkan tidak terdeteksi sama sekali. Tiba-tiba saja Anies Baswedan mendeklarasikan Muhaimin Iskandar, cak Imin yang lebih dikenal, menjadi bacawapresnya. Deklarasi yang membuat peta politik di tanah air berubah dengan cepat, mendatangkan reaksi yang pro maupun yang kontra.

Sebagai orang yang tidak berlatar belakang ilmu politik, saya hanya tahu lewat berita-berita saja tentang riak-riak politik di Indonesia. Secara jujur saya sangat tidak tahu menahu latar belakang (dapur) perpolitikan di Indonesia. Latar belakang koalisi-koalisi yang dibangun, para politisi yang berpindah-pindah partai, jargon-jargon yang diusung atau diwacanakan adalah dunia gelap bagi orang luar, apalagi bagi orang-orang yang bukan praktisi atau berlatar belakang ilmu politik, semua hanya akan dipahami oleh persepsi dan perspektif secara parsial, dan tidak menyeluruh.

Lalu saya teringat dengan sebuah bait syair lagu dari Kelompok Kampungan Yogjakarta yang mengatakan bahwa "Wanita, bagai awan di langi sana, sering berubah". Ya, politik itu bagaikan wanita yang selalu menarik diperbincangkan, tetapi selalu berubah, kadang cepat dan kadang lambat, tapi yang pasti berubah bagaikan awan. Dalam menjawab pesan whatsapp teman-teman saya bilang "Mahfud MD aja udah disuruh ngukur jas, kagak jadi bacawapresnye Jokowi, itu artinye catatan pak Mahfud di lauhil mahfudz" bukan jadi bacawapresnya Jokowi, santai aja ngapah" sambil diberi icon tersenyum.

Bagi seorang Muslim, beriman kepada qada dan qadar, baik baik maupun buruknya itu adalah suatu kewajiban yang tidak bisa dipungkiri. Kepercayaan kepada ketetapan Allah SWT baik yang belum terjadi maupun yang sudah terjadi akan mendatang sifat husnudzdzon (prasangka baik), serta mendatangkan sifat optimis yang diperlukan dalam menghadapi tantangan ke depan.

Sifat percaya kepada Qada dan Qadar juga akan membawa seseorang terus menerus untuk berbuat baik. Semua perbuatannya bertitik tolak (niat) karena Allah, caranya juga dengan cara yang diridloi Allah, dan bertujuan semata-mata hanya untuk mencari ridlo Allah SWT. Setelah berupaya maksimal, maka seorang muslim yang baik akan menyerahkan semua keputusannya kepada Allah SWT. Apabila keputusannya sesuai dengan apa yang diharapkan, maka itu merupakan Taufik (kesepakatan dan kesesuaian) dengan rencana Allah SWT, sementara kalau hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan, maka sesungguhnya Allah sedang mempersiapkan momen dan waktu yang lebih baik lagi dari keinginan kita sekarang.

Bagi orang yang hanya mengandalkan logika dan akal, dan berpendapat bahwa apa yang dihasilkan merupakan hasil dari kerja kerasnya hanya akan mendapatkan dua hal saja dalam hidup ini yaitu; kekecewaan ketika hasilnya tidak sesuai dengan keinginannya, dan kesombongan ketika berhasil sesuai dengan keinginannya. Keduanya, baik kekecewaan dan kesombongan, keduanya akan menghancurkan diri sendiri dan orang lain. Kekecewaan yang akan menyesali masa lalu, dan kesombongan akan membuat kelengahan akan masa depan.

Para psikolog Barat, sekarang ini sedang mengembangkan suatu pola pikir dan pola sikap yang disebut dengan teori "Now and Here" kekikinian dan Kedisinian. Teori ini mengajarkan agar kita mengembangkan pola pikir dan pola sikap untuk mengisi dan menikmati apa saja yang ada, terjadi, dan dialami sekarang ini. Teori ini mencoba melupakan beban masa lalu yang memenjarakan seseorang sehingga dia tidak bisa bebas merefleksikan pikiran dan bersikap sekarang. Kegagalan selalu dirasakan sebagai kesalahnnya dan kesalahan orang lain; merasa dikhianati, didustai dan sebagainya, dan yang ada hanyalah keluh kesah dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Teori ini juga mengajarkan agar manusia tidak boleh terikat dan terpaku melihat masa depan dari satu perspektif saja, sehingga tidak bisa melihat keanekaragaman fakta yang sesungguhnya bisa dilihat dari persepktif yang berbeda, yang barangkali apabila mengolah fakta-fakta tersebut bisa menjadikan kekuatan dan keberhasilan kita.

Bagi teori ini yang terpenting bagi manusia itu adalah mengerjakan apa yang sekarang ada di tangan dan di depan mata kita, tidak usah berangan-angan terlampau jauh, sehingga kita alfa mengerjakan apa yang semestinya kita kerjakan sekarang. Baginda Rasulullah SAW pun melarang orang untuk berangan-angan ke masa depan (menghayal) yang jauh. "Life at present" hiduplah sekarang, inilah hasil kesadaran yang diharapkan dari teori "Now and Here" dimana kesadaran manusia yang terbebaskan dari beban  masa lalu dan rantai yang membelenggu untuk berjalan ke masa depan dengan berbagai kemungkinan.. Kerjakan apa yang bisa dikerjakan hari ini. "Kerja kita hari ini untuk kenyataan mendatang" Demikian sebuah bait lagu dari Kelompok Kampungan Yogjakarta lagi.

Seorang sastrawan, sekaligus sejarawan dari Scotlandia, Thomas Carlyle perbah berkata "Kewajiban kita bukanlah melihat sesuatu yang samar-samar di kejauhan, melainkan adalah mengerjakan sesuatu yang ada dihadapan kita".

Di Bengkel Teater, selalu diajarkan agar ketika bangun tidur, anggotanya harus melihat sekelingnya, menyapu dan membersihkan dimulai dari tempat tidur, ke kamar, hingga ke ruangan berikutnya dan kemudian ke lingkungan sekitarnya. Metode ini melatih seseorang untuk selalu sadar diri, sadar ruang, dan sadar waktu, serta untuk cepat merespon segala sesuatu yang terjadi.

Pepatah Jawa di atas juga sebenarnya sebuah metode agar manusia selalu melakukan latihan mempersiapkan diri ini yang kondisinya selalu tidak siap untuk menjadi siap dalam ketidak-siapan manusia itu sendiri, merespon segala sesuatu dengan tenang, dan mawas diri. Menyapu dan membersihkan sekitarnya dari lingkungan yang terkecil melatih seseorang untuk  selalu membersihkan diri dari prasangka-prasangka dan kemalasan-kemalasan yang datang dari dalam diri manusia serta melakukan segala sesuatu secara detail.

Hidup memang harus selalu berpikir dan bekerja dengan kesadaran yang tinggi, tetapi kenyataannya manusia hidup lebih banyak menggunakan "kepercayaan" daripada logikanya, serta ketidak-sadarannya, daripada kesadarannya. Betapa susahnya hidup manusia kalau harus selalu dilandaskan logika dan kesadaran.Rasa pedas, asin, manis, seertinya jarang juga kita mengerti uraian logisnya. Sama-sama nangka, tapi berbeda rasa manisnya dan sebagainya, semuanya kita terima sebagai sebuah sesuatu yang apa adanya. Keadaan psikologis manusia seperti ini sangat tepat digambarkan oleh Arifin C. Noer dalam naskah dramanya "Sumur Tanpa Dasar".

Terakhir, marilah kita terus tingkatkan keimanan kita, dan terus berusaha untuk berbuat baik kepada diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat dan lingkunagn yang lebih luas lagi, dengan niat karena Allah SWT dan dan bertujuan untuk mencari Ridlo Allah SWT. Kita tidak pernah tahu catatan-catatan kita di lauhil mahfudz, serta takdir kita di masa depan. Fokus pada selalu berbuat baik sebagai pengejawantahan dari Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, lan Ojo Dumeh.

Wassalaaam. Sreseeeet Brebet.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun