***
"San...", suara berwibawa itu terdengar begitu empuk.
"Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?".
"Formal banget kamu, San..", aku suka melihat senyum pria ini, selalu manis dan enak dipandang.
"Kamu, oke? Mukamu pucat sekali?", hatiku hangat sekali setiap dia perhatian.
Beruntung kedua cincinnya yang terpasang di jari manis di kiri dan kanan, membuatku selalu teringat, bahwa ia memiliki pasangan dan keluarga yang bahagia.
Justru aku jatuh cinta karena sikapnya yang sayang keluarga. Sepertinya akan aneh rasanya kalau aku merusaknya.
"Percaya diri banget, kamu, San. Kamu dekati pun belum tentu dia, mau", hatiku sendiri ternyata lebih logis ketimbang diriku yang dimabuk cinta.
"Saya oke, Pak. Aman", kataku sambil tersenyum, menunjukkan gigiku yang rata.
Mata bosku melihatku dengan tajam, seakan mencari kebenaran dikedua bola mataku.
"Ga enak badan, bilang ya..".