***
Saat aku berusia 18 tahun, pertama kalinya aku berani melawan Bapak.
"Pakkk... Jangannnn!!! Ampunn, Pak, Ampunnn", ibuku menghadangkan tubuhnya sambil berteriak memohon ampun, memelukku ketika Bapak memukulku.
"Jangan kau bela anak sundal seperti ini. Bikin malu saja!", bentak Bapak sambil memecut tali pinggangnya pada tubuh ibuku, agar segera melepaskan diri dariku.
"Bapak yang kasih contoh!!!" Bentakku, rasanya sudah tidak tahan lagi melihat tubuh ibuku selalu penuh luka, karena membelaku.
Aku dorong Bapak sekuat tenaga, hingga pria tambun itu menyerusuk jatuh.
"Ayo, Bu, kita pergi", teriakku langsung menggandeng tangan Ibu.
"Anak sialannn!!", Bapakku bangun, dan berusaha memukulku lagi, dan kali ini dengan botol yang ada di tangannya.
"Lariiii, Sannn!! Lariii!", tubuh ibuku yang mungil langsung berhadapan dengan tubuh bapakku yang begitu besar.
Aku langsung lari sekencang-kencangnya.
Aku akan kembali, hanya untuk menjemput ibu. Hanya untuk menjemput ibu. Aku berjanji dalam hatiku.