***
"Biar gimana itu bapakmu, San. Ibu yang sudah salah didik kamu".
Terngiang dengan jelas suara Ibu yang begitu memelas, saat melihat tanganku berlumuran darah.
"Bukan, Bu... dia binatang. Kalau ga ada yang bisa mengadilinya, biar aku yang mengadilinya", ketika mengucapkannya hatiku sama sekali tidak ada penyesalan.
Aku hanya ingin aku dan ibuku bahagia. Lepas dari ancaman dan perlakuan bengisnya.
"Astaqfirullah, Sannn".
Aku langsung terbangun dari tidur. Terasa mimpi itu seperti jelas terjadi.
Keringat dingin serasa mengucur deras di kepala dan tubuhku.
Astaga, Tuhan, apa benar aku yang membunuh Bapak? Ibu? Mengapa aku sama sekali tidak ingat???
Aku merasa tidak mungkin berani membunuh Bapakku, dan tidak ada alasan yang kuat mengapa juga aku harus membunuh Ibu, walaupun aku memang sering disiksa oleh bapakku.
Ibuku.... Beliau selalu melindungiku.