Lucunya, satu setengah jam terakhir, sang coach menghabiskan waktunya untuk mempersuasi saya mengikuti kelas coaching yang harganya dua digit. Atau bisa juga mengikuti kelas workshop yang dipandu olehnya dengan harga satu digit.
Kemudian dilanjutkan dengan perkataan bahwa saya mesti bersyukur karena bertemu dengannya, apalagi telah memberikan waktu hampir enam jam sesi coaching.Â
Saya sempat ditunggu olehnya untuk segera melakukan transaksi kelas coaching selanjutnya. Dan di sanalah saya mulai bersikap menjauh dan mengatakan bahwa saya perlu mempertimbangkannya.
Usai pertemuan, saya segera minta refund untuk kelas satu lagi yang saya daftarkan, namun belum muncul jadwal pertemuan.
Dengan pengalaman tersebut, saya pun menarik pelajaran bahwa terhadap pembeli ataupun pelanggan, jangan pernah menawarkan produk berikutnya, kalau produk kita yang kini lagi ia gunakan belum dirasakan manfaatnya secara maksimal.Â
Ketika seorang pembeli atau pelanggan merasakan kepuasan pada produk dan servisnya, niscaya tanpa penawaran panjang kali lebar, maka sang pembeli atau pelanggan akan segera meng-upgrade apa yang sudah dibelinya.Â
Tidak semua coach seperti yang saya ceritakan, pasti ada saja yang bagus sesuai dengan kredibilitasnya.Â
Dalam dunia bisnis, kita tentu tidak bisa hanya mengandalkan insting dan intuisi semata. Saya rasa mentoring ataupun coaching juga sangat diperlukan, supaya kita selalu semangat dan menambah wawasan untuk membawa bisnis kita beradaptasi dengan zaman.
Namun untuk menghindari pengalaman pahit seperti saya, mungkin Anda bisa mempertimbangkan profil sang coach berdasarkan poin yang saya paparkan, sebelum mengambil kelasnya.Â
Sungguh sangat disayangkan apabila keluar uang untuk hal yang tidak ada benefitnya. Pengetahuan hampir tidak didapat, belum lagi tidak menambah koneksi.
Berdasarkan kedua pengalaman pahit tersebut, saya pun lebih berhati-hati dalam screening kelas coaching dalam dunia bisnis. Saat ini saya ikut kelas coaching lainnya.