Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Hari Perempuan Internasional dengan Memakai Kebaya Indonesia

8 Maret 2023   22:09 Diperbarui: 8 Maret 2023   22:48 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia | Foto: Instagram Perempuan Pelestari Budaya

Tanggal 8 Maret menjadi hari yang paling menggembirakan bagi perempuan di seluruh dunia, karena tanggal ini menjadi momentum perempuan memperjuangkan kesetaraan disegala bidang, termasuk budaya.

Kesetaraan ini tentu tidak diperoleh begitu saja, tapi dimulai dari gerakan mogok kerja para pekerja garmen di New York, Amerika Serikat pada tahun 1909.

Kemudian pada tahun 1913, ada aksi damai yang digelar para perempuan di Rusia dalam menentang Perang Dunia I.

Masih di Rusia, pada tahun 1917, gerakan kesetaraan gender dalam hak pilih pun dilangsungkan dengan cara memprotes dan mogok kerja. 

Baru pada tahun 1945, PBB dalam piagamnya menegaskan perjanjian internasional pertama tentang prinsip kesetaraan perempuan dan laki-laki. 

Walau begitu, Hari Perempuan Internasional baru diresmikan pada tanggal 8 Maret 1975.

Hoho.. diperlukan rentang waktu 30 tahun hak perempuan setara dengan laki-laki diakui oleh seluruh dunia.

Nah, dua tahun setelah diakui oleh PBB, tepatnya Desember 1977, negara anggota PBB diwajibkan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional sesuai dengan tradisi sejarah dan nasional masing-masing negara.  

Infografis kronologi perjuangan perempuan hingga diresmikannya Hari Perempuan Internasional | Desain Canva.com/pribadi
Infografis kronologi perjuangan perempuan hingga diresmikannya Hari Perempuan Internasional | Desain Canva.com/pribadi

Tidak terkecuali Indonesia. 

Bisa dikatakan hak perempuan dan laki-laki di Indonesia hampirlah sudah merata. Belum sempurna, tapi setidaknya sudah jauh lebih baik, mengingat sifat patriarki yang begitu kental di Asia.

Kini yang menjadi perjuangan bagi perempuan di Indonesia adalah kesetaraan hak dalam bidang budaya, Kebaya, salah satunya. 

Ilustrasi para perempuan dalam memakai kebaya | Foto: Kompas.com
Ilustrasi para perempuan dalam memakai kebaya | Foto: Kompas.com

Kecanggihan teknologi tidak dapat membendung perkenalan arus budaya dari satu negara ke negara lain, yang akhirnya mengakibatkan adaptasi dan asimilasi budaya pun agak terpinggirkan.

Bila kita tidak segera menyikapinya, tidak menutup kemungkinan budaya kita sendiri tanpa disadari akan tergerus, bahkan sudah lagi tidak dianggap menarik oleh generasi penerus. 

Hal ini sebenarnya tidak terjadi di Indonesia saja, banyak negara lainnya juga terkena dampak dari kecanggihan teknologi.

Sebutlah ada Amerika Serikat dan China, yang masyarakatnya sangat mengagumi kebudayaan Korea dan Jepang.

Sebenarnya hal ini adalah suatu situasi yang wajar. 

Adanya media sosial yang mudah diakses membuat kita "melihat" dunia, beserta budayanya, tanpa harus berlama-lama tinggal di negara tersebut. 

Cukup kita sering berinteraksi secara virtual, menonton kebiasaannya melalui film dan video klip, atau melihat seliweran berita tentang negeri orang lain, mampu membuat kita pelan-pelan "mengenal" budaya negara tersebut, dan terindoktrinasi tanpa kita sadari.

Pengenalan dan indoktrinasi ini lah yang apabila tidak kita sikapi dengan baik, akan membuat generasi kita berikutnya tidak mengenal lagi budaya bangsanya. 

Bukan karena tidak cinta, tapi bisa jadi tidak dibiasakan untuk mengenal budayanya sendiri. Atau istilah psikologi marketingnya, lingkungan sendiri kurang "beriklan" pada generasi muda.

Perempuan Berkebaya Indonesia | Foto Instagram Perempuan.berkebaya.indonesia
Perempuan Berkebaya Indonesia | Foto Instagram Perempuan.berkebaya.indonesia

Gerakan "Indonesia Berkebaya" yang diinisiasi oleh Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia sungguh menjadi gebrakan yang baik untuk para generasi muda sehingga ngeh bahwa Kebaya itu bukanlah sesuatu yang jadul, tidak punya makna ataupun nilai sama sekali.

Menurut Rahmi Hidayati, sebagai pendiri Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia, gerakan ini memiliki empat tujuan utama, antara lain :

  • Memperkenalkan kembali kebaya sebagai bagian dari sejarah dan budaya Indonesia kepada generasi muda Indonesia.
  • Meningkatkan kreativitas dalam mendesain kebaya tanpa meninggalkan pakem budaya yang merupakan warisan leluhur, menjadi pemesartu bangsa. Selain itu, kreativitas ini juga bisa memajukan ekonomi kerakyatan.
  • Memperjuangkan kebaya ke Badan PBB sebagai warisan budaya Indonesia.
  • Pemerintah menetapkan salah satu tanggal sebagai Hari Kebaya Nasional.

Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia | Foto: Instagram Perempuan Pelestari Budaya
Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia | Foto: Instagram Perempuan Pelestari Budaya

Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari banyak perempuan yang tergabung dalam komunitas, salah satunya Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia (PPBI). 

Melestarikan budaya berkebaya asli Indonesia tanpa pandang umur menjadi tujuan utama gerakan komunitas PPBI. 

Andien dan Dian Sastro turut menormalisasikan mengenakan kebaya untuk kegiatan sehari-hari | Desain dengan Canva.com
Andien dan Dian Sastro turut menormalisasikan mengenakan kebaya untuk kegiatan sehari-hari | Desain dengan Canva.com

Tidak ketinggalan dua publik figur yang berwajah ayu dan sangat menginspirasi seperti Dian Sastrowardoyo dan Andien, juga turut menormalisasi mengenakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan rajin mereka memposting story ataupun feed yang menunjukkan busana harian mereka dengan kebaya dalam akun Instagramnya, yang diikuti dengan hashtag #sobatkebaya.

Tujuannya untuk men-trigger banyak perempuan, terutama kalangan muda, untuk berpartisipasi, Dian Sastro pernah me-repost story dari fansnya yang dengan bangga turut memakai kebaya pas kerja ataupun sekedar jalan-jalan bersama teman.

Sehingga mindset kebaya harus dipakai dengan aura penuh keanggunan, bisa disesuaikan dengan karakteristik kita yang mungkin cheerful, enerjik ataupun seksi. Yang pastinya nyaman sekali dipakai layaknya kita mengenakan pakaian kasual biasa, tidak membuat punggung terasa pegal karena menahan diri supaya terlihat rapi dan anggun (bagi yang kurang terbiasa).

Salah satu contoh kebaya Kutubaru yang didesain modern dengan menggunakan bahan dasar kain batik | Dokumentasi pribadi
Salah satu contoh kebaya Kutubaru yang didesain modern dengan menggunakan bahan dasar kain batik | Dokumentasi pribadi

Dengan gerakan kolektif, banyak perempuan yang berkebaya di Indonesia, sehingga kita tidak lupa bahwa kita memiliki pakaian tradisional yang membanggakan.

Dan perempuan Indonesia juga mengenal kebaya di Indonesia tidak cuman hanya satu jenis, melainkan lima, antara lain Kebaya Jawa, Kebaya Encim, Kebaya Sunda, Kebaya Bali, dan Kebaya Kutubaru.

Sekarang ini, model Kebaya pun tidak terbatas dengan bahan payet, sehingga hanya bisa dipakai saat acara resmi saja, akan tetapi bisa digunakan sehari-hari, karena bahan bakunya ada yang terbuat dari batik, textile polos, dan bahan kain lainnya yang nyaman dipakai sehari-hari.

Buktinya bisa kita lihat diberbagai platform market place yang menjual pakaian batik, atau tinggal ketik saja "kebaya modern".

Tidak berhenti disana, tepat hari ini tanggal 8 Maret 2023 di Grand Indonesia, Sejauh Mata Memandang yang didirikan oleh Chitra Subyakto, mengadakan fashionshow dengan tema "Kudapan". 

Para model yang dihadirkan tentu bakal bikin mata kita melirik, sekaligus berdecak kagum ketika memakai Kebaya kasual nan modern, antara lain Dian Sastrowardoyo, Rania Yamin, Titi Radjo Padmaja, Shareefa Daanish, dan Tissa Biani Azzahra.

Gerakan serentak dalam berkebaya Indonesia oleh para komunitas dan publik figur yang menginspirasi, tentunya membangkitkan semangat yang optimis dalam menormalisasi pemakaian kebaya, layaknya Batik, untuk seluruh perempuan Indonesia.

Kebaya tidak lagi dipakai hanya untuk acara formal seperti saat wisuda, pernikahan, ataupun lamaran. Tapi dipakai untuk kerja, hangout, bahkan pertemuan arisan biasa. Karena kesan yang didapat dari kebaya sudah tidak lagi kaku, tapi disesuaikan dengan karakteristik diri kita.

Juga, diharapkan gerakan berkebaya ini tidak semata sebatas untuk kesenangan para perempuan kota saja, akan tetapi juga menyentuh para perempuan yang memang terbiasa memakai kebaya saat mencari nafkah, seperti sinden, penari jalanan, kuli, buruh gendong, mbok jamu, penjual di pasar tradisional hingga tukang pijat.

Dengan begitu rasa bangga pakai Kebaya dirasakan oleh seluruh perempuan di Indonesia dari berbagai profesi, pendidikan dan kalangan manapun.

Perayaan Hari Perempuan Internasional di Indonesia dalam memperjuangkan diri dalam hal budaya pun sangat terasa kental. 

Walau negeri kita dibombardir dengan berbagai pengenalan budaya melalui media sosial berupa interaksi personal ataupun tontonan dan musik yang menghibur, tapi generasi kita dan penerus, tetap masih ingat dan sangat kenal bahwa Indonesia juga memiliki pakaian kebangsaan yang juga sangat menarik untuk dipakai dengan berbagai suasana, yakni kebaya.

Semoga saja, gerakan kolektif yang dilakukan dengan penuh semangat ini oleh para perempuan Indonesia, Kebaya bisa diakui sebagai warisan budaya Indonesia, oleh UNESCO. 

Karena pada Maret 2023 ini, nominasi negara yang menyatakan Kebaya sebagai pakaian tradisional negerinya, akan diserahkan Dewan Warisan Nasiona Singapura pada UNESCO. 

Sebagai informasi, negara yang turut berpartisipasi menjadi nominator, antara lain Singapura, Thailand, Malaysia dan Brunei Darusallam, yang dimana mereka juga memiliki pakaian tradisional kebaya.

Salam budaya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun