Bisa dikatakan hak perempuan dan laki-laki di Indonesia hampirlah sudah merata. Belum sempurna, tapi setidaknya sudah jauh lebih baik, mengingat sifat patriarki yang begitu kental di Asia.
Kini yang menjadi perjuangan bagi perempuan di Indonesia adalah kesetaraan hak dalam bidang budaya, Kebaya, salah satunya.Â
Kecanggihan teknologi tidak dapat membendung perkenalan arus budaya dari satu negara ke negara lain, yang akhirnya mengakibatkan adaptasi dan asimilasi budaya pun agak terpinggirkan.
Bila kita tidak segera menyikapinya, tidak menutup kemungkinan budaya kita sendiri tanpa disadari akan tergerus, bahkan sudah lagi tidak dianggap menarik oleh generasi penerus.Â
Hal ini sebenarnya tidak terjadi di Indonesia saja, banyak negara lainnya juga terkena dampak dari kecanggihan teknologi.
Sebutlah ada Amerika Serikat dan China, yang masyarakatnya sangat mengagumi kebudayaan Korea dan Jepang.
Sebenarnya hal ini adalah suatu situasi yang wajar.Â
Adanya media sosial yang mudah diakses membuat kita "melihat" dunia, beserta budayanya, tanpa harus berlama-lama tinggal di negara tersebut.Â
Cukup kita sering berinteraksi secara virtual, menonton kebiasaannya melalui film dan video klip, atau melihat seliweran berita tentang negeri orang lain, mampu membuat kita pelan-pelan "mengenal" budaya negara tersebut, dan terindoktrinasi tanpa kita sadari.
Pengenalan dan indoktrinasi ini lah yang apabila tidak kita sikapi dengan baik, akan membuat generasi kita berikutnya tidak mengenal lagi budaya bangsanya.Â