Saat berjalan, adik dan tante saya menemani dari belakang, saya dibiarkan untuk berjalan sendiri dan mendorong tiang infusan.
Gerakan seperti itu, ternyata membuat saya merasa sangat lelah, tapi ada rasa senang dihati, karena ada harapan saya tidak tergeletak terus di ranjang.
Bayangan diri akan merepotkan orang lain pelan-pelan sirna.
Harapan kembali normal membuat saya dengan semangat minum obat dokter, infusan yang bikin tangan kanan kiri bengkak dan biru pun (karena molekul obat untuk otaknya sangat kental, sedangkan pembuluh vena saya sangat tipis) saya tahan, ditambah dengan rajin saya oleskan aroma terapi untuk nge-boost kinerja obat dokter.
Hari kelima, saya diizinkan untuk pulang ke rumah, karena kondisi saya sudah sangat membaik. Padahal awalnya, melihat kondisi otak saya, dokter memprediksi kemungkinan saya dirawat di rumah sakit sekitar dua sampai tiga minggu, dilanjutkan bedrest total di rumah selama satu bulan hingga benar-benar pulih.
Eh, tapi ternyata kembalinya semangat dan harapan saya, membuat pulang lebih cepat dari prediksi.
Terlalu gembira dengan pemulihan saya yang ekspress, pulang dari rumah sakit, keesokan harinya saya langsung masuk kerja.
Bersyukur rekan-rekan kerja memberikan perhatian, namun tetap membiarkan saya untuk melakukan aktivitas secara normal.
Dan mereka mau memahami, ketika saya bilang "kasih waktu saya sebentar", itu artinya kondisi saya sedang drop, yang pastinya kalau dipaksakan saya tidak akan memahami penjelasan ataupun instruksi pekerjaan yang diberikan.
Sampai hari ini, kondisi saya masih belum benar-benar stabil, terkadang drop tanpa saya sadari, bisa itu karena lelah berpikir ataupun adanya emosi, misal terlalu gembira, sedih, marah dan sebagainya.Â