Gerakan menyendok dan mengambil minuman ternyata sangat sulit dan melelahkan bagi saya.
Detak jantung dan tekanan darah saya pada monitor langsung tinggi, ketika saya melakukan gerakan tersebut.Â
Melihat monitor dan mendengar suara "nit nit nit", saya benar-benar frustasi dan mempertanyakan kapan saya bisa normal kembali.
Beruntung tim dokter Bedah Saraf, Dokter Deny Irwan, Sp. BS dan Dokter DR.dr. Alfred Sutrisno Sim, Sp. BS(K)-Subsp.Spine. FINSS,FINPS,FAPCSS, memahami kegelisahan saya, maka saya diizinkan untuk boleh membaca buku, mendengarkan lagu dan membawa smartphone.Â
Senangnya hanya sesaat, ternyata saat mengecek pesan yang masuk, saya malah jadi frustasi, karena ada banyak pesan WhatsApp yang tidak saya pahami kata per katanya.Â
Kepala saya langsung seperti berdentum keras ketika otak saya diajak bekerja untuk memahami apa yang disampaikan orang per orang melalui chat.Â
Akhirnya saya memutuskan untuk menutup smartphone dan menenangkan diri.
Di hati, saya sangat khawatir sebenarnya, bagaimana kalau saya benar-benar jadi orang yang sangat lemot?
Bagaimana nanti saya bisa menafkahi diri dan keluarga, kalau otak saya tidak bekerja dengan sempurna? Dan banyak kekhawatiran lainnya...
Saya pun merenung, sembari memperhatikan para suster yang bekerja dengan serius,Â
Mata saya pun seringkali menatap dokumen-dokumen rumah sakit yang tersusun rapi di meja, membuat saya merindukan hari-hari saya bekerja.Â