Ada yang segera ke luar kota, dan ada juga yang menjadi "manusia siluman" yang aktif dibawah tanah.
Para pion negara Republik Indonesia dibuat tidak berkutik oleh Belanda. Mereka tidak bisa mengatur strategi perlawanan secara bersamaan.
Namun, seperti dalam adegan film perang, bukan berarti mereka tidak bisa berkomunikasi sama sekali.
Sultan Hamengku Buwono IX bekerja sama dengan Raja Paku Alam VIII, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pertahanan DIY sekaligus Wakil Kepala Daerah Istimewa.
Komunikasi dilakukan tidak secara langsung, melainkan melalui kurir, yakni Letnan I Marsudi dan Amir Murtono.Â
Sri Sultan dan Raja Paku Alam sangatlah kompak dalam mengambil keputusan dan melindungi negara RI, membuat Belanda geram sekaligus salut pada kekompakan mereka yang tidak mempan diadu domba, dan dibujuk rayu dengan harta ataupun wilayah kekuasaan.
Tidak hanya dengan Raja Paku Alam, Sultan Hamengku Buwono IX juga bisa berkomunikasi secara rahasia dengan Ir. Juanda, Kusnan dr. Halim dan para pimpinan militer lainnya, termasuk Panglima Besar Sudirman.
Walau menjadi tahanan rumah, Sri Sultan juga tetap berkomunikasi dengan rakyatnya, yang diistilahkan dalam fluistercampagne, dimana isi pesan disampaikan dari mulut ke mulut. Bukan seperti gosip ya... hehe
Keadaan ekonomi dan sosial pada saat itu bisa dibayangkan sangatlah susah dan mengerikan.Â
Menurut Presiden Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade, beliau dan rekan-rekannya serta rakyat setempat terus melakukan serangan pada malam hari.