Lanjut, saya pun direkomendasikan oleh adik, yang lebih berpengalaman dalam dunia menulis, bahkan sampai ikut workshop yang diadakan Kompas.
"Ci, baca Pramoedya Ananta Toer yang tetralogi Bumi Manusia, biasanya penulis di Kompas belajar sastra dari sana."
Langsung saya beli, tidak langsung semuanya, melainkan satu per satu bukunya. Tunggu gajian. Yang pertama Bumi Manusia. Bukunya kini masih tersimpan rapi di rumah orang tua.Â
Awal membaca ngantuk sekali, namun saya sekilas membaca ada tulisan Nyai. Akhirnya saya malah memilih nonton YouTube, dan secara kebetulan ada rekomendasi video kehidupan Nyai saat itu.Â
Saya merasa kasihan dengan kehidupan Nyai, yang dijadikan selir dan diperalat, pada saat yang bersamaan dianggap rendah oleh Belanda, para Nyai dibuang juga oleh orang Indonesia saat itu. Tertolak di dua dunia, menurut saya.
Hmm, merasa penasaran, saya pun membaca lagi buku Bumi Manusia, yang semakin lama semakin asyik dibaca. Dan saya benar-benar terbawa oleh suasana yang ditulis oleh Sastrawan sesepuh.
Dari sana saya belajar bahwa menulis itu adalah suatu seni yang begitu indah. Tulisan beliau begitu puitis, tapi mudah dipahami, dan ya, itu saya merasa begitu indah dibaca, bukan hanya enak dibaca. Bahkan merasa terhanyut dengan suasana tulisan beliau.
Tidak heran tulisan beliau sering dijadikan materi pelajaran Sastra, bahkan sudah berapa kali diterjemahkan dalam bahasa asing.Â