Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempelajari Konsep Kebahagiaan yang Ternyata Sudah Kita Miliki

7 Agustus 2021   23:52 Diperbarui: 12 Agustus 2021   17:27 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi budaya Kejawen | Foto : Liputan6.com

Bukankah kita akan merasa lebih bahagia ketika menjadi diri sendiri?

Buku Ilmu Bahagia ala Ki Ageng Suryomentaram | Foto Dokumentasi Pribadi
Buku Ilmu Bahagia ala Ki Ageng Suryomentaram | Foto Dokumentasi Pribadi

Ki Ageng Suryamentaram dengan Ilmu Bahagia-nya

Nama beliau awalnya sangat asing di telinga saya. Saya mengetahui nama Ki Ageng Suryamentaram dari webinar Kraton Jogja, yang narasumbernya Prof. Koentjoro.

Saat ini saya sedang membaca buku tentang Ki Ageng Suryamentaram, tapi rasanya tidak sabar saya ingin berbagi ilmu kebahagiaan yang saya rasa sangat bijaksana.

Sebagai intro, Ki Ageng Suryamentaram merupakan anak ke-55 dari Sultan Hamengku Buwono VII. Beliau merupakan salah satu orang yang memiliki peran penting dalam pendidikan Indonesia, seangkatan dengan Ki Hajar Dewantara. Namun sayang, nama beliau jarang sekali disebut.

Dalam Ilmu Bahagia-nya, atau disebut Kawruh Jiwa, beliau memberikan resep kebahagiaan, yakni menerima kenyataan, mengenal emosi sendiri dan menyadari bahwa hidup itu akan selalu ada dua, yakni suka dan duka.

Ilmu bahagia ini memiliki hubungan yang kuat terhadap cara kita berpikir dan memahami sesuatu, yang kalau ada waktu nanti ingin sekali saya tulis dan bagikan kepada teman-teman.

Nah, dimulai dari menerima kenyataan, hal yang membuat kita sering merasa tidak bahagia adalah mengikuti keinginan hati tanpa rasa puas. Kalau kita menjalani hidup sebaik mungkin, menerima kenyataan, dan menikmatinya akan timbul rasa syukur. Kalau semuanya diukur dengan keinginan hati, atau lebih tepatnya harta duniawi, tidak menutup kemungkinan kita tidak akan pernah merasa bahagia, karena gak akan pernah cukup.

Dalam hidup kita tidak mungkin merasa senang terus, ataupun susah terus. Pastinya akan datang silih berganti.

Kemudian mengenal emosi diri, ketika kita ingin marah, beri jeda sedikit sebelum nyerocos ataupun meluapkan emosi. Tanya ke diri kita, mengapa kita ingin marah? Apakah karena benar dia yang salah, atau merasa kepentingan kita "tersenggol" oleh dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun