Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempelajari Konsep Kebahagiaan yang Ternyata Sudah Kita Miliki

7 Agustus 2021   23:52 Diperbarui: 12 Agustus 2021   17:27 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Ilmu Bahagia ala Ki Ageng Suryomentaram | Foto Dokumentasi Pribadi

Sunan Kalijaga merupakan bagian dari masyarakat Jawa yang memiliki cara berkomunikasi yang unik, yakni verbal dan simbolik. Sehingga tidak aneh, hampir seluruh kesenian masyarakat Jawa memiliki filosofi. 

Baju Lurik Sunan Kalijaga memiliki 5 kancing baju, yang melambangkan 5 rukun Islam. 

5 kancing tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni 3 kancing didepan yang disembunyikan dan 2 kancing di leher. 3 kancing depan yang tersembunyi melambangkan 3 rukun Islam, yakni syahadat, shalat dan puasa. Tersembunyi melambangkan saat menjalani 3 rukun Islam tidak perlu pamer ke orang lain. 

Blangkon yang dipakai dikepala Sunan Kalijaga melambangkan filosofi rukun iman ada 6.

Selain cara berpakaian, Sunan Kalijaga pun menyebarkan agama melalui seni musik dan seni wayang, yang merupakan budaya masyarakat Jawa. 

Tidak dipungkiri untuk bisa memasuki suatu budaya baru kedalam masyarakat Jawa, maka budaya baru tersebut haruslah bisa melebur dengan budaya masyarakat Jawa yang sudah ada. 

Namun, dari yang saya baca melalui Serat Centini, melihat situasi politik saat itu dimana agama Hindu-Buddha menjadi alat politik, sehingga menyebabkan perang saudara, terlebih adanya sistem kasta yang diterapkan oleh kerajaannya saat itu., saya rasa konsep agama Islam yang menawarkan kedamaian dan keseteraan derajat lebih mudah diterima, tanpa Sunan Kalijaga harus menggunakan kesenian Jawa.

Dari cara Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam, saya mempelajari pendidikan yang beliau berikan secara tidak langsung, beliau begitu sangat kagum pada Nabi Muhammad, rukun Islam pun beliau pelajari dan lakukan dengan kesungguhan hati, namun tidak berarti Sunan Kalijaga menanggalkan budayanya sebagai orang Jawa (saat itu Indonesia belum terbentuk).

Hasilnya, kita bisa lihat banyak raja hebat pada masa Sunan Kalijaga masih hidup, seperti Panembahan Senopati dan Sultan Agung, Raja Mataram. Beliau berdua sangat taat beragama Islam, namun sama sekali tidak meninggalkan budaya mereka sebagai orang Jawa. Hal ini diteruskan oleh Sultan Hamengku Buwono I dan keturunannya.

Sama halnya dengan gaya hidup minimalis, dimana saya diajak untuk mengenal diri sendiri. Kita tentu harus selalu berpikiran terbuka terhadap hal-hal baru, pengetahuan dan kehidupan selalu melangkah ke depan, tapi bukan berarti kita menanggalkan karakteristik pribadi yang sudah kita miliki. 

Artinya, dalam proses mempelajari budaya orang lain, harus tetap ada sistem akulturasi dengan budaya milik kita sendiri, agar kita tidak menjadi copy paste budaya orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun