Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggelorakan Semangat Generasi Milenial dalam Melestarikan Budaya

16 Mei 2021   22:12 Diperbarui: 16 Mei 2021   22:17 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak followers-nya yang menanyakan syarat-syarat audisinya, dan dijawab dengan antusias oleh para penari yang sudah tergabung, dengan usia yang masih belia, sekitar 17-20an tahun, kalau saya memperkirakan. 

Unggahan sosial media yang berisi tarian-tarian tradisional yang nuansanya cukup modern membuat saya terkagum-kagum dengan keluwesan dan totalitas para penari Swargaloka Art yang masih muda. 

Dalam hati saya, andai waktu bisa diputar kembali, ingin sekali saya bergabung dengan seni tradisional Indonesia. Karena disetiap gerakannya memiliki makna dan cita rasa seni yang tidak dimiliki oleh negara lain. 

Banyak anak muda yang berpartisipasi dalam audisi Seni Teater Siti Nurbaya | Foto : Instagram Indonesia Kaya
Banyak anak muda yang berpartisipasi dalam audisi Seni Teater Siti Nurbaya | Foto : Instagram Indonesia Kaya

Seni teater yang bertajuk cerita rakyat Siti Nurbaya pun ternyata juga disambut antusias oleh generasi milenial, ketika audisi teater Indonesia Kaya dibuka. 

Pembukaan audisi dan ketentuannya diunggah dalam Instagram Indonesia Kaya. Saya pikir tadinya pasti sedikit sekali yang mau ikutan. Awalnya saya mau turut mengikuti audisi, namun karena ketentuannya harus ada menyanyi dan menari, saya mengurungkan niat audisi tersebut lantaran tahu diri akan kemampuan yang sangat terbatas untuk menyanyi dan menari.

Beberapa minggu kemudian, pengumuman pemeran dalam teater Siti Nurbaya pun diunggah. Sungguh menakjubkan, karena ternyata banyak juga anak-anak muda yang tergabung dalam teater tersebut. Antusiasme mereka untuk melestarikan budaya sangat patut didukung. 

Budaya tradisional kita sudah lama kurang dilirik dan hanya hadir untuk dinikmati atau dijadikan bahan untuk perdagangan semata. Mungkin hal ini terjadi karena jarak usia nenek moyang dengan kita terlalu jauh, sehingga suasana untuk mengimajinasikan peristiwa sejarah dan filosofinya sudah tidak lagi terasa. 

Bahkan tidak menutup kemungkinan apa yang kita pelajari selama ini di sekolah, dan saat berwisata tentang sejarah dan filosofi budaya, kita anggap sebagai pengetahuan belaka. 

Tahu, tapi tidak memiliki sifat untuk merasakan bahwa kita bagian dari budaya Indonesia, karena tidak merasakan secara langsung nuansa budayanya.

Trie Utami dan Dewa Budjana, serta musisi lain yang memainkan alat musik replika dari relief Candi Borobudur | Foto : Warta Magelang.com
Trie Utami dan Dewa Budjana, serta musisi lain yang memainkan alat musik replika dari relief Candi Borobudur | Foto : Warta Magelang.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun