Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Memang Sudah Pintar, tapi Ternyata Belum Maju

15 September 2020   10:50 Diperbarui: 15 September 2020   10:56 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sudah pintar, tapi belum maju | Foto : Okezonenews.com

Menurut pengakuan Adian Napitupulu dan teman-temannya dalam satu kesempatan, mereka sendiri (saat itu masihlah menjadi mahasiswa) sangatlah terkejut dengan aksi yang membrutal, karena kejadian penjarahan, pembunuhan dan pemerkosaan bukanlah aksi dari mahasiswa.

Tahun 2019, pada bulan September, mahasiswa kembali turun ke jalan dikarenakan saat itu kebijakan yang akan ditandatangani oleh DPR dirasa terlalu terburu-buru dan terasa akan membebani masyarakat. Saya saat itu pun sangat mendukung aksi mahasiswa, karena kebijakan tersebut rasanya sangat tidak adil bagi masyarakat.

Namun sayang sekali aksi tersebut berujung pada anarkis, yakni adanya pembakaran mobil dan kerusuhan, yang untungnya langsung cepat teredam. Mahasiswa sendiri sampai dibuat bingung adanya aksi anarkis yang berlangsung setelah demonstrasi yang mereka lakukan.

Tidak itu saja, berita untuk menurunkan Presiden Jokowi pun sangat santer tersebar, padahal mahasiswa sendiri sama sekali tidak memiliki agenda untuk menurunkan presiden, melainkan memberikan aspirasi yang sempat tidak digubris oleh DPR RI.

Dari peristiwa tahun 1974, 1998 dan 2019, saya menarik kesimpulan aksi mahasiswa kita selalu berujung pada kata "ditunggangi". Dari sana saya baru memahami pentingnya kita mempelajari sejarah, apa yang perlu diperbaiki dan apa yang perlu masih kita lestarikan.

Demonstrasi mahasiswa yang selalu berakhir dengan aksi "ditunggangi" bukanlah sejarah yang mesti kita ulang-ulang terus, yang menandakan kita sudah pintar, bisa lebih kritis dan memiliki teknologi yang canggih, namun sikap yang kita ambil masihlah itu-itu saja, beraksi di jalanan, dan kemudian masih kaget kalau tahu-tahu ada pihak yang menunggangi aksi mahasiswa, yang berujung pada perenggangan nyawa secara massal.

Seharusnya sudah 75 tahun kita merdeka, kita sudah bisa memprediksi dari pengetahuan yang kita sudah pelajari semasa sekolah, kalau kita berdemonstrasi, maka akan ada pihak lain yang akan mengambil keuntungan situasi, dan kemudian malah mengorbankan nyawa saudara sebangsa.

Inilah uraian opini saya tentang kita sudah pintar, tapi belum maju. 

Sekarang sudah tidak sedikit orang yang sudah mengenyam pendidikan, dan menikmati teknologi yang canggih. Wawasan dan pengetahuan yang kita miliki seyogyanya membuat kita lebih kritis, dan objektif, serta menerima perbedaan pendapat, karena ketika negara Indonesia sepakat dibentuk, kita, dari generasi ke generasi juga sepakat untuk bersatu padu menghargai perbedaan dengan bermusyawarah.

Perbedaan pandangan politik bukan berarti selalu menentang rival tokoh politik yang kita sukai, ataupun selalu mendukung tokoh politik yang kita sukai. Tokoh politik masihlah manusia yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Salah perlu kita tegur (bukan dimusuhi) supaya lebih baik, benar perlu kita dukung, layaknya kita memperlakukan saudara kandung kita ataupun pasangan.

Saat ini mari kita gunakan kecerdasan kita untuk lebih objektif lagi dalam menilai apakah kebijakan pemerintah ini perlu didukung atau tidak. Kita perlu belajar dari negara lain, dimana masyarakatnya saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain agar negara bisa berkembang dan bergerak maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun