Nah yang paling memakan waktu adalah unfollow di Instagram. Kebetulan sosial media ini yang paling sering saya utak-atik dibandingkan sosial media lainnya.Â
Dalam konsep minimalis yang saya pelajari, kita diajak untuk follow akun yang kira-kira bisa memberikan manfaat bagi diri kita sendiri, kalau yang tidak memberikan manfaat ya, unfollow. Nah, ada sekitar 600an akun yang saya follow, kebanyakan akun online shop, selebgram dan artis.Â
Dari sana saya baru menyadari, wah, pantas saja saya doyan belanja, wong akun yang saya follow rata-rata online shop, influencer, selebgram dan artis yang suka endorse.
Saya bukan menyalahkan mereka yang berhasil membujuk saya untuk belanja ya, tapi maksudnya hal ini menjadi pemikiran saya pribadi mengenai alasan hobi belanja saya sulit sekali terkendalikan.
Akhirnya akun online shop yang kira-kira tidak pernah saya sentuh untuk belanja, saya unfollow. Toh saya lebih banyak belanja online di Tokopedia.
Kemudian artis dan selebgram yang tidak sesuai dengan value saya saat ini, juga saya unfollow. Saya memilih akun-akun yang kira-kira memberikan saya wawasan dan mencontohkan saya hal-hal yang baik, seperti mencintai bumi, cara mengisi konten sosial media yang bermanfaat, DIY, gaya hidup sehat, dan sebagainya.Â
Jumlah akun yang follow pun berkurang jauh menjadi 400an akun. Wow!!Â
Setelah sudah di-declutter untuk akun di Instagram, saya pun mengeceknya kembali. Ada beberapa akun yang menampilkan membuat matcha green tea sendiri, sebelum tidur menyalakan diffuser dengan essential oil, berolahraga, berjemur, makan makanan sehat, menyiram tanaman sebagai gerakan mencintai bumi, dan hal positif lainnya.Â
Saya pun langsung bersemangat untuk meracik essential oil-nya Easecox yang dapat meningkatkan daya imunitas tubuh dan digunakan saat tidur. Paginya, saya bersemangat 45 untuk berolahraga di rumah, setengah jam kemudian makan buah, minum air putih hangat, dan mandi yang bersih.Â
Setelah itu baru menulis.Â